Senin, Maret 31, 2008

Tokek

GILA.. Ini gila. Belakangan ini aku kalo ternyata TOKEK, ya, Tokek yang ada di belakang rumahku hobi bertokek 4 kali.
Konon jaman eyang2ku, tokek yang ber – “tokek” itu dapat menjawab apa yang sdang kita ragukan. Masa iya? Ini baryu saat2 UJIAN AKHIR NASIONAL tinnggal 21 hari lagi..
Buseeeetttttttttttttttttt... Waktu jalan cepat. Aayolah. Cepat. Cepat.

Tokek........... LULUS
Tokek............TIDAK LULUS
Tokek........... LULUS
Tokek...... .....TIDAK LULUS

Haa??? Apakah kelulusannku ditentukan oleh tokek? Kalau begitu baiklah, kuganti saja...

Tokek............TIDAK LULUS
Tokek........... LULUS
Tokek...... .....TIDAK LULUS
Tokek........... LULUS

Nah.. Beginikan tenang. Aku bisa belajar lagi. Aku percaya apa itu sugesti? Pikiran alam bawah sadar. Aku senang di tempat sepi, dengan syahdu. Seperti malam ini dengan ditemani paduan kipas angin kamarku dan tokek gemblung itu plus bunyi adzan atau apa itu aku tak tau istilahnya. Doa atau panjatan syukur di masjid dekat rumahku. Begitu murni, merdu, menenangkan pikiran.Aku suka itu. Akhir2 ini aku makin mencintai kesepianku. Justru loneliness ini makin lama makin menggerogoti relungku. Aku tidak tau siapa yang (who will read my write). Tapi percayalah. Sungguh. Aku sangat menikmati masa2 ini. Saat inilah tepat sekali untuk merennung, mencari ilham biadab dan mendekatkan diriku pada yang di atas. Sungguh kuasa-Nya besar adanya.. Bukan apa2. Situasi ini sangat membuat aku termotivasi. Aku ingin semakin ingin dan tak bisa keinginanku ini. Rasanya aku yakin sekali. Sudah persetan aku dengan tokek itu. Berisiknya bukan main. Tapi indah juga kalau para tokek itu bisa bersahutan dengan jangkrik2 tetangga...
Intinya aku sedang menikmati kesunyian ini. Fikiran akan kubawa pada kesenangan hingga saatnya nanti... Tau lah aku kapan saat itu akan tiba! Lagi2 aku menulis hal yang aneh ini. Tak tau, taunya mengalir begitu saja.

Tokek............
Tokek............

Ah, sialan tokek ini cuma mengujiku sja.
2 kali. Hanya 2 x kau bertokek, kek?
Tak salah?
Tahukah kamu kalu aku sedang mengomentari tokek mu itu? Hah, dasar tokek. Kalau kau memang tokek ajaib, ketahuilah aku, yang senantiasa mendengarkan suaramu merdumu itu..

TOKEKKK!!!!!!!!!!!

Ya, itulah maksudku. Doa ku akhir2 ini. Hanya ingin yang terbaik. Itu saja. Aku ingin yang terbaik untuk hidupku. Tidak lebih.
Tidak.
Kata2 itu yang tidak mau aku definisikan kembali. Cukup hanya aku dan kau yang tahu Kek.
Sepi justru kawanku. Dia selalu ada dan menemani aku. Tidak hujan lagi. Bosan hujan terus. Siapa setuju?

Angry vs Emotion

Kemarahan.
Apakah selalu terpusat pada emosi semata?Kini aku bicara soal kemarahan. Apakah orang yang marah pasti punya alasan yang benar? Bukannya orang yang marah itu tandanya belum dewasa? Apa hubungan kedewasaan dengan status marah seseorang? Marah biasa diredam dengan keseimbangan pikiran. Orang yang punya pikiran? Pandangan yang luas tentu punya kesabaran yang cukup untuk melanjutkannya menjadi sebuah kemarahan. Orang tersebut akan mencoba untuk berfikir lebih jauh dan positif agar semua yang dilakukan tidak menuju pada proses kemarahan. Sebab orang yang cepat sekali marah tentunya pikirannya sempit dan negativ saja.Itu pendapatku. Lagipula kemarahan seseorang pasti punya alasan. Dan alasan itu pasti mempunyai alasan. Dan alasan itu tentulah dimnta kejelasan, alasan, dan kebenarannya.
Orang yang suka marah marah mengapa dikatakan belum dewasa juga? Bukannya marah itu hak? Manusiawi sekali bahkan.
Ya, tentu saja marah yang bermanfaat. Membangun. Berguna dan tidak dibuat – buat. Jadi kalau marah yang tidak berguna atau marah2 saja, sebaiknya dihindari, sebab tak perlu. Di sini emosi dan kesabaran manusia tengah diuji oleh Tuhan. Keemosian tidak dapat disimpan sendiri, tentu membutuhkan tempat untuk menyalurkannya. Orang itu bisa saja menjadi kalap bila tidak dapat menyimpan emosinya secara baik2. Dari dulu semboyannya orang jujur disayang Tuhan. Mengapa bisa begitu? Apa iya Tuhan menyayangi anak – Nya yang sabar?Lalu bagaimanakah keadilannya itu? Apakaha orang dilahirkan untuk bersabar dan terus2an meredam emosinya terus menerus?
Menurutku itu tidak mungkin.
Mungkin saja menurut – Nya.
Ah, terang saja, sudah pasti. Sudah jelas. Aku kadang berpikir apa kemarahan orang dipusatkan pada emosi yang mendadak dan tidak terkontrol oleh waktudan tempat? Orang yang baik pasti dapat mengatur tempat dan waktu untuk meluapkan emosinya. Pengaruh marah juga bisa sangat besar. Punya pengaruh yang tinggi dengan sekitarnya, atau keadaan lingkungannya.
Tapi kan marah langsung aja? Gak bisa diatur?
BISA saja............. Itu tadi, semuanya tergantubn niat individunya. Individu yang sudah dewasa dan matang unuk memanage hidupnya tentu bisa mengatur emosinya. Kemarahannya pasti tidak sia – sia, sebab sudah di planning sebaik mungkin. Individu yang majemuk memberikan warna pada suatu emosi yang terluap. Macam – macam individu akan menyumbangkan kemarahannya dengan cara masing – masing. , sendiri – sendiri. Dan bermacam – macam. Kenapa juga harus ada orang yang membuat seorang menjadi marah atau emosi? Hanya orang yang mencari sensasi saja. Mencari perhatian. Aku lebih suka orang yang mengritik dan memberi SOLUSI daripada memberi suatu kemarahan yang tak jelas asal – usulnya, tak ada alasan konkritnya. Tau – tau hanya marah.. Atau kerjanya marah – marah saja. Berarti motivasinya hanya mengacau saja./ membuat keadaan menjadi rancu.Tidak bertanggung jawab . Jarang aditemui kemarahan yang sifatnya individualis tanpa pengaruh orang lain.

Death?

Aku lagi pengen ngomongin soal kematian.
Sebener’e mati itu apa sihh??
Kata temen – temenku, temenku maksudnye, dia bilang, mati sekarang atau besok itu tinggal urusan yang ditinggal. Betul gak ih? Kalo menurutku mati sekarang ato besok sama aja. Sama2 mati. Kita di sini Cuma titipan Tuhan, jadi Cuma sementara doang transit di dunia. Cuma suru bekerja dan bekerja. Sampai waktunya kita dipanggil nanti.

Aku terpukul melihat orang mati. Bisa jadi teman atau saudara. Kalo aku malah bepikir, atau dengan kematian itu mereka justru terbebas dari segalanya. Karena setelah mati kita diberikan kehidupan yang abadi. Itu menurut Katolik. Menurut agamaku selalu mengajarkan hukum karma, sebab akibat dan reinkarnasi.
Dalam reinkarnasi aku juga diajarkan adanya kehidupan di alam baka atau neraka. Aku percaya itu.Semua yang kita lakukan pasti ada kebaikan / keburukannya. Baik dan buruk yang kita lakukan selalu saja ada akibatnya.Selalu ada risikonya.
Kadang pula ada orang yang takut mati. Sebenarnya apa yang mereka takutkan? Taku meninggalkan hartanya? Berarti aku mengambil kesimpulan bahwa orang yang semakin kaya berarti ia semakin takut mati. Pikirkan saja semua nama orang kaya di bumi ini. Mana mau mereka mati? Bahkan mungkn saja ia ingin membeli kematian dengan kekayaannya dengan harg yang amat tinggi pula! Tapi itu tentu saja kebodohan belaka. Hidu mati itu siapa yang tau? Allah? Lagi2 buka. Aris Ekyanto, guru komputer dan simbol kebapakan itu bilang, ”Yang tau ya cuma MUDHIN, Pun..” begitu katanya di sela – sela guraunya.

Nasib seseorang siapa yang bakal tau tho,Pak? Orang punya rejeki sekarang atau nanti siapa yang bakal tau?
Menurutku kita saja ( yang ditinggalkan ) tidak bisa atu belum bisa menerimanya. Manusiawi sekaleeeee..... Masih merasa ditinggalkan. Ngenes. Nelangsa. Malah ada yang bilang mati itu NASIB! Mengapa nasib? Bukankah nasib itu bisa diperbaikki? Memang betul kematian itu sudah menjadi ”tulis’e” Tuhan Allah. Tapi apa manusia tidak bisa berusaha? Berusaha untuk bertahan hidup. Melanjutkan karya – Nya. Hidup ini hanya serpihan, yang kaya akan perbedaan.

welcome and join with puni

Ini sebagian tulisan berupa buah pikiran Puni..
Walaupun agak2 nyleneh tapi ini sebagai bahn reflkeksi aja buat kita – kita..
Puni nulisnya udah lama sih tapi baru sekarang bisa online ke blog.. Hehe.. Puni kan sibuk.. Hohoho . . .

Desember 2007 pukul 00:11:21

Manusia itu ironis ya.. Sajak yang mau dilakoni cuma terang, siang aja.
Yang lain, sisi petang, dan malam maksudku, gak mau dimengerti. Padahal dari sudut pandang orang yang mencintai cinta malam sudah wajar hidup tiap waktu.
Jelasku, kalau ada orang yang bisa hidup di siang hari kenapa tidak bisa menghidupi diri pada malam hari ?
Mengapa pandangan malam selalu jelek ?
8 jam dari 24 jam yang kita pakai untuk tidur.
Bayangkan apabila umur rata – rata manusia adalah 60 tahun. Maka dalam kehidupannya mereka tidur selama 20 tahun! Dengan demikian manusia yang hidup di bumi ialah 40 tahun saja! Efektif pula kah?

00:22:05
Aku diajarkan untuk selalu melihat permasalahan dari semua sisi. Tidak hanya dari 1 sisi saja. Aku sudah mengalahinya. Tapi aku dikatakan telah memenangkan pertandingan bagi para pengecut itu. Jadi memang tak ada salahnya bila kita mempelajari tentang manusia dan seluruh aspek dan indikator tetek bengek di dalamnya.

00:25:59
Aku semakin bersemangat untuk mengetahui dan mengenal macam hukum orang Indonesia. Hal seperti apa yang bisa mengatur orang – orang kolot di negara ini. Aku punya ambisi dan ego alasan tertentu. Aku akan buktikan kalau tanggapan orang tentang aku adalah salah........ Aku berhak dan berkuasa mutlak oleh hidupku. Itu yang akan merubah diksi nasibku!

00:28:16
Manusia hidup selalu dihadapkan pada pilihan. Pasti ada alternatif lain. Jalan lain. Dilema. Tak pelak bila manusia melakukan kebohongan bukan? Toh bukankah manusia berbohong untuk kebaikan? Semua dan apapun yang dilakukan manusia untuk berbohong pasti ada alasannya untuk kebaikan. Jika semua keboongan bisa dinetralisir dengan kata MAAF lalu apa guna hukum di alam dan negara ini??

00:31:16
Menurutku dunia akan kosong bila tiada manusia.
Manusia akan kosong bila tiada pikiran.
Apa artinya dunia tanpa manusia?
Apa artinya manusia tanpa pikiran?

00:35:48
Kalo marah bisa dilogika, aku lebih suka terperinci. Aku bukan tipe orang yang mudah terpengaruh orang lain. Kalo itu adalah pilihan, tekad, niat ambisi, dan ego ku, ya semua risiko adalah tanggunganku. Aku gak pernah mau nyesel dengan keputusanku!!

Minggu, Maret 30, 2008

EDENSOR buat PUNI

For The God Sake!!!!
Andrea Hirata bener – bener titisan dari Belitong yang bener – bener gila! Sumpah. Aku baca EDENSOR. Tetralogi Laskar Pelangi nya, itu buku ke – tiga nya. Dia bener – bener fantastis! Ngalir gitu aja gak pake tedeng aling – aling babar pisan! Semangatnya yang heeeeboooh and berjiwa muda itu seakan – akan benar mengguyur kepala kita dengan siraman yang sejuk. Tapi menggugah. Memberi semangat.
Ceritanya aja ya dari pertama aku gak gitu “ngeh” sama sapa sih Andrea itu? Anak mana? Kok tau2 jedul langsung diwawancarai Andy F Noya. Siapa Andy F Noya sendiri aku belum kenal kalo bukan Andrea sendiri yang ngenalin. Nah lo! Andrea, jujur saja mengenalkan aku pada semua nya. Cara bagaimana aku masuk dalam citra sastra yang begitu rumit. Semua orang suka padanya. Inspiratif, motifatif, liar, lucu, namun sejuta arti yang mengena. Benar – benar memberi “taste” nuansa Sastra Indonesia saat semu – semu gini. Tanpa Andrea, aku gak bakal kenal dunia sastrawan/wati sampe detik ini.
Aku dan Andrea sendiri bukan apa – apa. Kami yang tak saling mengeal namun Andrea begitu abstrak memperkenalkan diri pada dunia. Ya, dunia berarti bukan aku saja. 42 negara luar yang ia jajahi bersama Arai, sobat yang sekaligus saudara, alias separuh jiwa Andrea sendiri.
Dari Andrea, Edensor khususnya, kita diajak untuk keliling dunia bareng dia.Andrea, tak bisa berpuisi, mengatur rima dan baris kalimat, tapi dengan bermetafora ia sigap menjelaskan kepada kita,
INI LHO, NYOH.. Nyataan’e kan gini.
Itu yang mau Andrea katakan pada kita semua.
Andrea bukan pemikir rumit, sebut saja seperti Sastrawan2 terkenal : Sutardji Calzoum Bachrie, atau Guru Besar El Kaha (Langit Kresna Hariadi) atau Sapardi Djoko Darmono; bahkan Ahmad Tohari! Semua orang ternama itu mengakui Andrea yang begitu punya citra.
Sebelum membaca alangkah bodohnya kita. Mira Lesmana sendiri bilang : ”A Must Read”. Aku patuh saja. Apa sih hebatnya kok buku Laskar Pelangi itu terlalu heboh bahkan bisa mengubah- tidak saja mengubah namun menyadarkan seorang anak pecandu narkoba – di saat orang tuanya sendiri sudah putus asa terhadap anak tersebut. Di sini Andrea yang bukan siapa2 menghipnotis anak itu dengan kata – katanya. Luar biasa!! Anak trsebut menangis setelah membaca Laskar Pelangi.
Sulap apa yang dipakai Andrea Hirata?
Saat sebelum menyelesaikan EDENSOR aku membuat puisi, begini bunyinya :

Nantinya aku bakal melebur bersama debu – debu itu
Kau lihat aku?
Masih bercumbu aku dengan senyap dalam debu
Jangan pusingkan kesepianku!
Tidak lagi monoton dengan orang – orang berjas
dan berdasi lagi
Kau ingat saat aku menjadi seperti mereka?
Kau sepertinya sudah lupa seperti apa rupaku

Setelahnya aku selesaikan Edensor aku begitu trenyuh, manis sekali kehidupan yang dijalani Andrea sebagai seorang BACKPACKER yang begitu bebas. Menaklukan dunia. Menguasai Rusia. Menginjak Afrika. Bersandar di bawah temaram Paris. Keputusaasaannya pada cinta....................
Putus asakah Andrea dengan cinta?
Njoo Xian Ling yang berkali ditemuinya berwujud papan laundry, atau label obat kuat? Atau seorang nenek yang telah meninggal ataukah seorang bayi 3 bulan?
Semangat Andrea berkoar saat ia menemukan siapa dirinya. Mengapa ia mencari sesuatu yang orang lain enggan mencari.
Ah,, akhirnya kau menjelaskan tanpa aku harus menjelaskannya...
Setelah sekian lama, penantian yang tidak sia2 (versus Andrea)
Tapi AKU KALAH DENGANNYA. Ya kalah. Aku menemui penantianku, tetapi ia tidak! Justru dia yang menang. Ironis pula itu!

Pelajaran dari Andrea udah pastiiii...
PANTANG MENYERAH. Hidup harus diarungi, bayangkan Pun sama apa yang bakal kita hadapi bentar2 ini khususnya temen2 yang lagi banyak masalah, musibah, bencana, gelisah, gundah gulana. Andrea saja kuat. Mengapa kita tidak?
Satu kalimat yang membuat semangatku dibakar habis – habisan oleh Andrea :
Kalau kamu sudah berusaha sampe MENTOK ke ujung dunia, tapi tetep gak nemuin apa yang kamu cari ya udah, berarti kamu UDAH NEMUIN DIRIMU BUAT NERIMA KENYATAAN KALO KAMU GAK BISA NEMUIN ITU.
Sesuatu yang hebat dari Andrea . Tidak salah. Benar2 gila.

Senin, Maret 24, 2008

HOiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Hoiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Walah... Norak banget sih layoutnya. ha2
Tapi puni ini yg bernama aseli silvani andalita lagi demen idjo pupus gityu.
kalo merah emang udah dari jaman bahono sukanya..
ha222
Ntar deh kapan2 aku ganti layoutnya item semua gitu.. biar tambah gak keliatan, ha3
udah2,,
puni lagi ampir gila niyy gara2 UAN yg top markotop kabarnya bakal bentar lagi income and join us with us...
gila khannnnn
6 mapel yg konon bakal dateng tgl 22 - 24 April mendatang udah bikin jantung puni deg2 serrrrrr sejak tahun 2007 daolo...
gila abiiisssssssss
semangat2!!!
buat para kawula muda yg juga mau ngadepinUAN taon ini...
ayo semangat!!!
kita pasti bisa!!horas bah!!
siapin diri,,mulai jaga kesehatan,banyak biking latian soal2 gitu.. kalo uda gak nyandak buat buka2 buku kls 1 - 3..
ini uni juga tengah sibuk nyiapin buat pra ujian 3 dari pemkot tapi masih nyibukin diri alias cari kerjaan alias gak punya kerjaan!!! buat nulis2 di blog sini..
Yah namanya juga my thought....my life...
hehehe...
masih juga gemar bikin puisi amburadul.. cerpen yang (sapa tauuuuu) bisa juga dijadiin novel..
AMEEEEEEEEEEEEEEEEEEENNNNNNNNNNNNNNNNNNNN
arghhhhhhhhh.. cita2 puni jadi penulis. Alah,opo iso to Pun??
he2
ya namanya juga usaha....
usaha kan gak salah ya??
GAK>>>>>
yo wei ni Puni mau pulang dulu coz ini lagi di warnet,bayarnya maal tauk.
Enak buka net itu di kulah aja ato d rumah kan yg byr ortu..ha3 asal tetep inget wektu aja.Jangan menggila ya sobat!!
God Bless Us..

Minggu, Maret 23, 2008

Kebenaran Tentang Sunyi

Menyatu dalam kesepian
Berdekat dalam kesenyapan

Ke mana perginya para penyair itu?
Padahal tepat ia di depan hidungmu

Menetap melihat
Tapi tak mendengarkan
Hanya mendengar walau jarak begitu dekat

Masih bisu
atau memura bisu?
Barangkali benar, justru jarak yang membuat bisu

CERITANYA

Ini kenyataannya:
Jaman Buyutku,
jaman tak enak itu
Kala NICA jadi raja,
saat klambi dari goni
Lagi - lagi tak pandang orang untuk susah
Merenggut tawa
Seakan - akan duka jadi piaraan

Cara sembayang jadi salah
Memulung upaya sambung nyawa
Kata Eyangku lucu pula:
Kala itu inspirasi tak sebanyak ubannya sekarang
Jaman Adikku,
Harga susu kaleng sudah sama uang sekolahku
Ini jaman edan, Dik
Seribu inspirasi tak diperlukan lagi
Kata - kata yang biasa kita bahas hingga sore ini
Penutupku:
Hidup susah sudah jadi anugerah

Sabtu, Maret 15, 2008

Selamat Malam, Bu

Bu, aku pergi tidur
Ini pamitku
Tolong biarkan pelita itu mati, Bu

Aku ingin tidur yang lama
Biarkan aku lelap, Bu
Barang satu detik dari hidupku
Aku lelah, Bu

Aku ingin tidur yang lama
Lama sekali

Aku ingin tidur yang lama
Yang tak pernah bangun lagi

Oya Bu
Aku pun hendak membuktikan pada insomnia sialan itu
Tapi kenapa aku tak bisa menemuinya?
Biarkan aku tidur ya, Bu
Toh tadi aku sudah pamit

Tak usah cemas akan aku
Bila bangun nanti
cerpen pertemuanku dengan insomnia
akan aku bacakan padamu

Lagi - Lagi Hujan Lagi

Kau pergi lagi
Kau mendekat lagi
Setelah itu pergi lagi
Jauh
Namun tak kembali lagi

Kau sapa hujan dalam aku
Yang tak mau reda
Hai, ini hujan justru deras lagi!

Kau pergi lagi
Kau datang lagi
Saat aku diam tertunggu
Kau justru pergi lagi

Mencari hujan yang menunggu
Menemui luka yang menganga
Lagi
Tidak lagi dalam aku

Ibu

Sejakmu bertaruh nyawa dengan-Nya
Tidak kupikir perih kesahmu
Curahan cintamu
Anugerah terbesarku

Sabtu, Maret 01, 2008

Perkembangan Bisnis Ritel Modern sebagai Jawaban Atas Perubahan Gaya Hidup Masyarakat

Maraknya bisnis ritel ( toko kelontong ; yang menjual eceran kepada konsumen terakhir dengan jenis tertentu dengan frekuensi yang tinggi dan sebaliknya ) , telah mencapai perkembangannya beberapa tahun terakhir ini. Tumbuhnya bisnis ritel yang mengacu pada perolehan laba pribadi lebih mendorong para pengusaha baik pedagang besar / kecil Usaha Kecil Menengah (UKM).
Usaha – usaha yang dikerjakan pebisnis ritel ini bermacam – macam jenisnya. Demikian juga mutu dan pengolahannya. Mereka saling bersaing untuk menggaet konsumen sebanyak mungkin, lebih – lebih pada pola komsumtif pada tiap konsumennya tersebut. Bukan pada segi pemborosan. Tetapi letak sifat lahiriah manusia yang tidak pernah merasa puas. Inilah salah satu gaya hidup masyarakat kita yang baru. Kepraktisan dan efisiennya lebih menjadi tolok ukur para konsumen modern.
Belum lagi bila digabungkan untuk mengulas perkembangan bisnis ritel modern sebagai jawaban atas perubahan gaya hidup masyarakat. Akankah gaya hidup masyarakat sekarang ini mampu mengubah kemajuan bisnis ritel modern?
Sebut saja pengaruh franchise. Yang berhubungan dengan kata “merk”. “Merk dagang” khususnya. Sedikit penjelasan mengenai franchise,yang berasal dari bahasa Perancis “franchir” yang berarti kewajiban untuk membayar upeti. Asosiasi Franchise International menjelaskan bahwa franchise ialah suatu hubungan berdasarkan kontrak antara franchisor dengan franchisee.
Pihak franchisor menawarkan dan mempunyai kewajiban untuk memelihara kepentingan terus menerus pada usaha franchise dalam aspek – aspek pengetahuan dan pelatihan. Franchise di sini memiliki hak untuk beroperasi di bawah merek atau nama dagang yang sama untuk menurut format dan prosedur yang telah ditetapkan oleh franchisor dengan modal dan sumber daya franchise itu sendiri.
Di negara Amerika, franchise dipandang sebagai suatu kontrak atau perjanjian baik yang dinyatakan lisan / tercantum secara tertulis antara 2 orang atau lebih yang menyepakati bahwa seorang franchisor diberi hak untuk melibatkan diri dalam memproduksi, memasarkan dan menyalurkan suatu jenis produk / jasa melalui sistem yang dibangun dan dikembangkan oleh franchise.
Di Indonesia, hal ini biasa disebut waralaba. Wara yang artinya istimewa. Jadi disimpulkan menjadi laba istimewa. Ada juga istilah franchising yang mempunyai arti pewaralabaan dari suatu jenis usaha.
Intinya franchise adalah konsep bisnis yang dijalankan berdasarkan perjanjian 2 belah pihak / lebih yang diikuti dengan kewajiban dan tanggung jawab semua pihak yang bersangkutan.
Bisnis ritel modern banyak macam dan jenisnya di Indonesia. Munculnya minimarket seperti Alfamart , Indomaret , Yomart , sampai Carefour dan Hypermart yang baru saja hadi di Semarang mendapat sambutan baik bagi masyarakat Indonesia.Dalam segi makanan dapat mengambil contoh Ayam Bakar Wong Solo , Papa Ron’s Pizza , KFC (Kentucky Fried Chicken) , Pizza Hut , dan masih banyak lagi.
Alfamart yang didirikan tahun 1999 dengan konsep minimart, toko ritel yang menyediakan kebutuhan pokok sehari – hari di mana pembeli dapat memilih sendiri barang yang akan dibeli, mempunyai target kelas menengah dengan franchisor PT Sumber Alfaria Trijaya (Jakarta). Sampai sekarang (Oktober 2007) Alfamart memiliki total outlet sebanyak 1350. Paket investasi yang diberikan sebesar Rp 300.000.000,00 dengan total fee sebanyak Rp 45.000.000,00. Royalti fee nya progresif yang berkisar antara 0% - 3%. Lama kontrak yang diberikan selama 5 tahun dengan perkiraan BEP selama 3 tahun. Kebutuhan investasi biasanya menjadi pemilik pasif dan memberlakukan system bagi hasil.
Dalam kurun waktu 8 tahun sudah menumbuhkan 1350 outlet lain di berbagai penjuru Indonesia. Pertumbuhan yang termasuk pesat ini akibat adanya rasa kebutuhan masyarakat yang maksimal. Di mana permintaan itu lebih besar dari pada penawaran.Apalagi dengan didorongnya keadaan lingkungan tempat tinggal yang menuntut adanya ritel modern di kawasan mereka. Apabila wilayah pemasaran yang terjangkau sudah terjamin, sepertinya jaringan distributif / outlet yang disalurkan tepat pada wadahnya. Belum lagi ketidakperluan untuk menanam investasi yang baru dan memperoleh fee dari franchisor. Hal ini juga dapat menjadi keuntungan franchisor semata. Franchisor yang juga berkewajiban untuk memberi bimbingan dan pelatihan serta pengawasan dari pihak atas yang bermutu.
Setiap ritel modern ini berlomba –lomba dalam memperbaiki manajemennya. Meliputi jumlah karyawan, kepemilikan pasif, perjanjian pengembang, pengaturan wilayahnya (sampai lahan parkir), serta kebutuhan tempat. Bantuan manajemennya dapat berupa pencarian modal / tempat, promosi / iklan, serta training. Kemudahan ritel modern ini didapat sebab mereka mendapat hak untuk memproduksi dan menjual produk / jasa yang sudah dikenal oleh masyarakat sehingga masyarakat mempunyai kepercayaan tersendiri oleh produk yang mempunyai mutu franchise tinggi. Mereka juga mempunyai akses untuk mendapatkan bahan baku.
Perkembangan bisnis inilah yang dituntut oleh masyarakat kita atas gaya hidupnya yang baru. Serba praktis, aman, dan efisien (berguna atau tidak). Adanya banyak ritel modern dengan latar franchise yang sudah dikenal banyak masyarakat membuat masyarakat melakukan seleksi ekonomi dengan sendirinya. Tuntutan untuk gengsi juga menjadi salah satu faktor penyebab pola konsumtif tingkat menengah. Kegemaran shopping dan mencoba hal –hal baru dan bermerek menjadikan masyarakat semakin “hidup” untuk menjadi pelaku utama dalam kegiatn ekonomi.
Tak urung pula dengan pola kegiatan pokok mereka yaitu mencari uang menjadi motivasi utama untuk hidup gengsi di masa modern seperti sekarang ini. Masyarakat kita semakin dihadapkan pada dilemma menabung dan bertindak ekonomis. Tetapi kebutuhan yang lebih besar tidak dapat menghandle pengeluaran yang bersifat konsumtif. Dengan membuat anggaran / rencana pokok sebelumnya, maka semua kebutuhan itu tidak akan terlupakan. Dan dapat pula dihindarkan pemborosan yang tiada guna. Anggaran tersebut membantu kita mempergunakan alat pemuas yang terbatas untuk memperoleh kepuasan yang sebesar – besarnya. Jadi kita tetap bisa menikmati ritel modern berbagai macam jenisnya dengan teratur sehingga menimbulkan kesan modern yang sehat. Modern yang tetap beraturan. Bukan sekedar modern untuk meraih pamor tertinggi.

Kerjasama Bangunkan Aceh

Banyaknya lembaga – lembaga bantuan atau pembangunan telah memberikan dampak terhadap banyak manusia yang membutuhkan bantuan pada kebutuhannya.Meningkatnya kebutuhan ekonomi,labilnya krisis yang terjadi serta bencana alam akibat ulah manusia sendiri di Indonesia semakin memeperburuk citra Indonesia.Terbuktinya kesadaran manusia untuk berfikir lebih efektif bahwa manusia sebagai mahkluk sosial,tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.Individu yang hidup sendirian dapat dipastikan bahwa dia tidak dapat hidup tanpa orang lain.Demikian pula halnya dengan sebuah negara.Sebuah negara tentunya tidak dapat berdikari tanpa bantuan dengan negara lain.Hal ini biasanya disebut dengan kerjasama internasional.
Kerjasama dalam negara tersebut biasa disebut kerjasama nasional.Kerjasama yang dimaksud di sini meliputi banyak konteks seperti bidang – bidang yang telah diketahui banyak khalayak.Kerjasama di bidang ekonomi yang meliputi bidang mata pencaharian,keuangan,sistem ekonomi,bisnis,ketenagakerjaan,politik,transportasi,dsb.Dalam bidang kesehatan misalnya obat – obatan,mutu kesehatan masyarakat,tingkat gizi dan pangan,lingkungan hidup.Keadaan saling membutuhkan inilah yang menjadikan hubungan kerjasama nasional dan internasional dapat terjalin.Suatu kebutuhan kesehatan misalnya,lembaga kesehatan masyarakat di Indonesia dan luar negeri akan saling bekerja sama untuk menolong para korban bencana alam atau kekurangan pangan dan gizi di suatu daerah.Sebut saja lembaga – lembaga di bawah naungan PBB.Misalnya WHO (kesehatan), UNESCO (pendidikan), IMF (keuangan), FAO (bahan makanan dan pertanian),dll.

26 Desember 2004 sayap barat Indonesia,Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) dan Nias serta kawasan di sekitarnya luluh lantah akibat tsunami dan gempa bumi.Gempa bumi tersebut merupakan gempa terkuat di dunia yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini.Disusul dengan tsunami yang menobrak abrik pesisir pantai Aceh dan sekitar .Kerusakan – kerusakan yang terjadi dan kerugian yang dicapai sudah tidak dapat dihitung lagi.Melihat kejadian ini pemerintah Indonesia segera membentuk Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (BAKORNAS PBP) untuk segera menangani keadaan ini dengan tanggap sesegera mungkin.Kali ini,Indonesia benar – benar menangis meratapi kelumpuhannya.Hampir seluruh dunia memberi bantuan dengan berbagai macam bentuk kepada masyarakat NAD dan Nias.

16 April 2005,BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) dibentuk dengan dasar PERPU nomor 2 Tahun 2005.BRR mempunyai 3 tugas ,yakni bertanggung jawab memastikan bahwa aspirasi berbagai pihak yang diwakilinya menjadi acuan dalam proses rehabilitasi & rekonstruksi dan bertanggung jawab bahwa kegiatan yang dilaksanakan telah berjalan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang membutuhkan,serta mengelola kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi berjalan dengan lancar.

Kehadiran ADB (Asian Development Bank) yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki kemakmuran dan kesejahteraan orang Asia dan Pasifik memberi pengaruh besar kepada masyarakat tsunami Aceh. ADB mempunyai 67 anggota,48 anggotanya berasal dari daerahnya dan 19 negara yang lain adalah partisipan dari seluruh negara di dunia.Misi nya untuk menolong para anggotanya yang sedang membutuhkan dana untuk meningkatkan kesejahteraan bagi penduduknya.ADB memberikan bantuan kepada negara yang membutuhkan berupa pinjaman atas perizinan dan jaminan.ADB berperan aktif dalam pembangunan Aceh kembali.ADB memberikan ketransparan dalam proses distribusinya ke Aceh di berbagai bidang seperti pertanian,perikanan,pengairan,pengusahan mata pencaharian besar/kecil,perumahan,air dan pemeliharaan kesehatan,pendidikan,transportasi,dll.ADB juga bekerja sama dengan LSM UN-Habitat, German Agro Action, Help eV dan Cordaid Sumatra untuk pembangunan sebanyak 3.000 rumah. Disebutkan, ADB menyediakan dana senilai 72,5 juta dolar guna membangun dan memperbaiki rumah-rumah dan infrastruktur pendukungnya di Aceh dan Nias sebagai bagian dari hibah untuk Pemerintah Indonesia sebesar 291 juta dolar AS. Hibah itulah yang dinamakan Earthquake and Tsunami Emergency Support Project (ETESP) ditujukan khusus untuk merehabilitasi dan merekonstruksi Aceh dan Nias pasca tsunami.Pemda Aceh tetap mempunyai 2 tugas yaitu merekonstruksi Aceh dan ikut mendukung BRR serta rehabilitasi.ADB juga memberikan bantuan untuk memperbaiki mutu pendidikan;memberikan beasiswa dengan lebih mengutamakan kaum perempuan,membantu dibukanya kembali Kantor Perbendaharaan Negara (KPKN) di Aceh. ADB juga membantu dana untuk pembukaan kantor Badan pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi pemberantasan Korupsi (KPK) di Aceh. Prioritas lainnya bagi ADB pada tahun 2006 adalah mempercepat pembangunan perumahan bagi para pengungsi.Kepala BRR NAD dan Nias, Kuntoro Mangkusubroto,menyatakan bahwa ini adalah bentuk dukungan lembaga donor,terutama ADB untuk mendukung rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias.Beliau menambahkan bahwa proyek pembangunan perumahan ini dilaksanakan setelah melalui proses perencanaan matang yang melibatkan masyarakat.

Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Black & Veatch juga mengadakan mid-term review untuk Proyek Bantuan Darurat Gempa Bumi dan Tsunami Paket 24 (ETESP-24),yang berfokus pada Perencanaan Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan pada tingkat Kecamatan.Berdasarkan perhitungan nilai kerusakan dan kerugian di wilayah NAD adalah Rp.41,4 triliun.Pada tahun 2006, BRR telah berhasil memindahkan lebih dari 65.000 pengungsi dari tenda ke hunian sementara. Keberhasilan yang telah dicapai adalah hasil kerja bersama yang melibatkan 30 pelaku rekonstruksi dari berbagai pelaku rekonstruksi.Kemajuan lain dalam bidang pendidikan yang dicapai mencakup pembangunan hampir 750 sekolah, kurang lebih 300 fasilitas kesehatan dan 1.200 kilometer jalan di Aceh dan 300 kilometer di Nias.Akhir 2006, seluruh pelabuhan dan bandara yang hancur dapat beroperasi kembali.PT Garuda Indonesia Airways juga memberikan bantuannya berupa ribuan kursi gratis untuk mengantar kepulangan para mahasiswa ke tempat asalnya.World Bank berkomitmen membangun 5.000 rumah, 200 sekolah dan 200 gedung pemerintahan dengan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat. Asian Development Bank meningkatkan komitmen mencapai USD 30 juta.Australia menyumbangkan 10 juta Dollar Australia untuk pembangunan kembali Nias Selatan dan negara-negara donor melalui Multi Donor Fund meningkatkan perhatian untuk pembangunan infrastruktur Kepulauan Nias. Proyek-proyek yang didanai MDTF ini akan melibatkan pemerintah daerah Nias dan Nias Selatan.
Adanya Tim Terpadu juga sebagai tempat pelayanan untuk membantu lembaga/perorangan asing dalam rangka hibah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Sumatra Utara.Untuk tujuan ini Tim Terpadu terdiri dari perwakilan beberapa departemen pemerintah dalam bidang keimigrasian,ketenagakerjaan,kepabean dan cukai,perpajakan,perdagangan,perdagangan luar negeri,dan polisi daerah NAD dan Nias.

Sumber – sumber pendanaan pembangunan Aceh dan Nias juga berasal dari APBN yang mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 80/2003, BRR berusaha memenuhi prosedur pengadaan yang dituntut oleh peraturan tersebut, dan menjunjung tinggi integritas dan kepatuhan pada peraturan perundangan,dan tetap berusaha memenuhi tuntutan pemenuhan kebutuhan masyarakat tsunami NAD dan Nias hingga Europan Commissions,Islamic Development Bank,United Nations,World Bank,RANTF,dan masih banyak lagi negara – negara di dunia yang ikut membantu Indonesia.

Pembangunan Aceh dan Nias dalam segala aspek tidak dapat berhasil tanpa adanya bantuan dari segala pihak.Kerjasama yang sudah terjalin dengan negara lain dan kerjasama dalam negara ada baiknya bila tetap dipelihara sampai generasi – generasi selanjutnya.Hal ini akan tetap mendukung terus usaha pemeliharaan kedamaian dunia dalam lingkup persatuan antar negara dan individu pelaku di dalamnya.Semoga semua usaha untuk pembangunan Aceh tetap dapat berjalan dengan lancar dan tertib sehingga tetap menguntungkan semua pihak.

Puisi - Puisi Tuk Jambi

Puteri Pinang Masak cantik sekali
Sayang hendak dipinang Raja Buruk rupa
Enggan
Tak Mau
Tak sanggup kecantikannya dimiliki Raja Buruk
Semalam Negeri Pinang disulap
Tetap tak mau
Sekarang anak cucunya mengenang Raja Buruk
Dalam Pinang Jambe
Yang jadi Jambi

Orang Kayo Hitam tak mau bayar upeti
Toh Raja Mataram selalu berang
Sulap saja upeti itu menjadi kotoran angsa
Siapa tahu Tembesi dan Muara Tebo muncul kembali


Desa Lubuk Ruso berusia 88 tahun
Menjadi saksi cinta puteri Mambang dan Senaning
Mengingatkan kita pada gasing
Keteledoran yang mencabut nyawa dari tanah Jambi
Filosofi Cinta Begitu Buta
Waktu sudah menunjukkan pukul 20.35, Ratih masih dag dig dug menunggu hujan reda. Hujan sejak tadi pagi memang belum reda. Adapun reda paling hanya sekitar 10 menit. Memang tidak deras. Gerimis rintik – rintik namun tidak kunjung henti. Suasana yang sejuk sebenarnya tetap tidak dapat mengusik perasaan yang tengah berkecamuk di hatinya. Sedih, bingung, putus asa. Entahlah. Ratih semakin merasa dirinya hampir gila.
Ratih masih membopong anak gadisnya yang baru berumur 4 hari. Anak gadis yang demikian diidamkan setiap orangtua. Anak itu demikian manis. Hidungnya tidak pesek – pesek amat seperti Waluyo, suaminya. Rambutnya hitam legam meskipun tidak lebat seperti Yudi, Azis, maupun Tirta waktu bayi dulu. Ketiga kakak laki – lakinya. Ah, gadis mungil ini bahkan belum sempat kuberi nama! Bahkan belum sempat merasakan kasih belaian orangtuanya. Belum sempat melihat seperti apa rupa orang tua yang akan meninggalkannya. Orang tua macam apa aku ini! Pekik Ratih.
Oleh karena tuntutan ekonomi yang begitu berat, Waluyo dan Ratih tak sanggup membiayai kehidupan rumah tangganya. Waluyo tidak bekerja alias pengangguran. Sedangkan Ratih, istri yang diperoleh berkat perjodohan orang tua mereka, hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kota. Saat itu Waluyo mempunyai pekerjaan. Sebagai pemecah batu di desa, berapa upah yang bisa diperoleh. Ratih pun tidak bekerja sepenuhnya. Ia bekerja serabutan, yang penting bisa makan. Ketiga anaknya pun tidak sekolah. Yang sulung, Yudi tengah duduk di bangku SD kelas 6. Adiknya, Azis duduk di kelas 4. Sedangkan Tirta hendak dimasukkan ke bangku Sekolah Dasar. Kini Ratih malah menambah momongan! Tak sanggup tak sanggup Waluyo menghidupi keluarganya. Saat – saat krisis ekonomi begini. Saat harga – harga kebutuhan semakin menanjak. Astaga! Aku ini jahanam macam apa! Membuang anak sendiri gara – gara tak bisa menghidupinya. Tahu gitu tak usahlah membuat anak lagi! Mau dikasih makan apa mereka? Yudi sudah putus sekolah, tak sanggup Waluyo membayar uang Ujian nya. Bah, apalagi membayar uang gedung SMP. Miris hatinya ketika melihat putra – putranya tidak dapat sekolah lagi. Uang untuk bersalin putri pertamanya pun Waluyo pinjam dengan Pak Haji, Kepala Desa mereka. Untunglah Pak Haji tidak memasang bunga untuk itu. Waluyo amat bersyukur. Tapi sedetik kemudian ia sadar untuk mengembalikannya ia hendak memakai apa? Tidak penting sekarang mau membayar pakai apa. Toh Pak Haji cukup berada di Desa Sukolilo. Yang penting sekarang ini hanya kepulangan Ratih secepatnya dari Puskesmas, sebab biayanya akan semakin tingi bila Ratih terlalu lama di Puskesmas. Pukesmas Desa Sukolilo yang menurut Pak Haji kurang mumpuni. Penduduknya yang masih belum sadar gizi dan gagalnya penyuluhan Keluarga Berencana di desanya itu. Sungguh tak habis pikir Pak Haji dengan itu semua. Sebenarnya yang gagal memberikan penyuluhan itu Puskesmas nya atau penduduknya yang belum sadar mengenai KB?
Lama Waluyo termenung, terlalu serius dan semakin galau hatinya. Putri pertama mereka!
” Kang, bagaimana ini? Aku tak sanggup berpisah dengan putriku! Aku tak mau kehilangan dia! Aku tak mau kelak dia melupakan kita! ”
” Astaga, gila kau ini! Kita kan sudah sepakat hendak memberikannya kepada panti asuhan, dan semoga saja ada jutawan yang mau mengadopsi dia! Sudah untung dia tak kau gugurkan! Semoga saja dia mendapat jutawan dan hidupnya indah kelak! Tidak merasakan susah seperti kita! Dengan begitu kau akan tetap dapat melihat dia kapanpun kau hendaki. Bukan begitu perjanjian kita? Kau tentu tidak lupa ’kan? Aku pun mencintainya! Sayang seribu sayang dia diletakkan pada rahimmu. Orang tua kere dan pengecut seperti kita. Sungguh malang nasibnya. Ayolah Ratih, keputusan kita sudah bulat bukan? Tapi apa hendak dikata, zaman sekarang apa – apa serba mahal. Kau lihat, ketiga anak kita tidak sekolah. Kau bekerja hanya untuk mengisi lima perut kita. Belum kebutuhan yang lain. ” jawab Waluyo panjang lebar.
” Iya Kang, aku ingat. Hanya saja tetap butuh waktu untuk menjalani ini semua. Semoga saja putri kita – ah, bahkan kita belum sempat memberi dia nama..”
” Astari. Astari Sugiarto” jawab Waluyo secepat mungkin, sebelum Ratih menyelesaikan kata – katanya. ” Astari, Asta itu artinya membawa. Sugi itu artinya sugih. Sugih itu kaya. Arta itu uang. Jadi aku mengharapkan dia, Astari anak yang membawa kekayaan berupa uang! ” gumam Waluyo lagi. Ia bahkan melupakan sejenak bahwa untuk kaya itu butuh perjuanagan. Pengorbanan. Pekerjaan yang tidak mudah. Tapi Waluyo tidak berpikir seperti itu sekarang. Angan – angan boleh saja kita mengharap yang indah – indah. Mana mau orang berharap yang buruk – buruk terus. ”Astari. Bagus juga. Astari, maafkan kami yang putus asa karena ini. Kau akan mendapat orang tua yang akan mencintainmu luar dalam. Ya Allah.. Ampuni kami yang tidak bisa memberikan apa – apa untuknya.” gumam Ratih, lirih.
Di malam kelabu ini keputusan pasangan itu telah bulat penuh. Pukul 21.00 Ratih mengambil payungnya dan berbekal perlengkapan bayi yang diberikan oleh bidan Puskesmas Ratih mengayunkan kakinya. Meski berat, mau tak mau harus mau ia pun menuju ke Panti Asuhan Sinar Kasih. Sepi sunyi malam ini terasa sangat berbeda dengan malam – malam yang lain. Justru sepi sunyi inilah saat yang tepat baginya agar para tetangga tidak melihat tingkahnya. Dan lagi menurut Ratih, pukul 21.00 pengelola panti asuhan itu masih bekerja, itu juga menurut pembantu panti Asuhan itu. Entah masih mengurus anak yang rewel atau apalah itu.
Sinta Bahrudin selaku pengelola segera mempersilahkan Ratih masuk ke kantornya malam itu. ”Ibu Sinta, keputusan kami telah bulat.”
Setelah mengamati Ratih barang sejenak, wanita berkacamata itu segera mengerti jelas kedatangan wanita di hadapannya itu. Ia mengingat – ingat 2 bulan yang lalu, ketika Ratih datang ke panti asuhan itu.
Ratih tertegun sejenak. Di sinilah. Di sinilah tempat puterinya hidup di hari esok. Tempat meninggalkannya. Panti Asuhan Sinar Kasih tak terlampau besar. Hanya dihuni 18 anak. Yang semuanya sama, sama – sama yatim piatu – tak punya ayah maupun ibu – dengan segala alasan apapun itu. Dindingnya yang bercat hijau muda tampak semakin pudar dimakan waktu sudah sama warnanya dengan halaman di tengah panti asuhan itu. Sesekali Ratih menerawang jauh, membayangkan puterinya besok akan bermain – main di halaman itu. Ah, air mata Ratih terjatuh lagi. Ibumu ini Nak yang tak mampu menghadapi kenyataan!
” Agaknya saya berharap Ibu mau merawat anak ini. Astari Sugiarto. Sebagaimana adanya yang telah kita bicarakan 2 bulan yang lalu. Karena tuntutan ekonomi keluarga saya semakin tak karuan. Saya hanya berharap ada orangtua asuh yang mau mengadopsi dia. Mencintainya luar dalam. Memenuhi segala kebutuhannya. Bu, saya mohon. Jangan biarkan dia mengetahui seperti apa rupa orangtuanya.”
” Ah, ya, anak ini cantik sekali.”
” Saya hanya menyalurkan kemampuan saya Bu. Lebih baik anak ini Anda serahkan kepada Tuhan. Memohonlah pada Allah. Sebab hanya Ia yang Mahatahu. Hanya Ia yang punya rencana di balik ini semua. Saya sendiri mencintai setiap anak di sini seperti anak saya sendiri. Kalau keputusan Ibu sudah bulat, ya sudah. Hadapi kenyataan hidup ini. Inilah jalan yang harus ditempuh kalian. Hidup itu dilema. Selalu dihadapkan pada banyak pilihan. Tetapi kita hanya boleh memilih salah satu. Oya, surat keterangan sudah Ibu bawa kan? Saya juga butuh Kartu Tanda Penduduk Bapak dan Ibu serta Akta Kelahiran Si Kecil ini. Ngomong – ngomong, mana Bapaknya?” lanjut Sinta.
“ Bapaknya tidak sanggup melihat perpisahan ini, Bu. Ia merasa amat lemah sebagai laki – laki. Yah, Ibu tentu tahu maksud saya.”
“ Ya. Sudahlah, saya sudah mengerti.” jawab Sinta.
Ratih tak banyak bicara malam itu. Tatapannya masygul. Masih bimbang dan bingung terhadap pilihannya itu. Benar atau salah. Tapi Ratih tak mau lama – lama. Dibiarkan nasib menggerogoti dirinya.
Sinta sendiri juga tak kalah diamnya. Ia memaklumi saja pasutri ini. Ada saja alasan orangtua untuk lepas dari tanggung jawabnya. Tapi Sinta tetap menganggap semua anak di panti asuhan ini sebagai anaknya sendiri.

Yap Leo Hadinata dengan istrinya, Winda Lesmono pagi itu sedang sarapan ketika telepon di rumahnya berdering. Dihampirinya telepon itu, siapa ini pikirnya. Pukul tujuh pagi sudah telepon. Mengganggu saja, kata Leo di dalam hati.
“ Halo, selamat pagi, dengan Bapak Yap Leo Hadinata? “
“ Betul. Siapa ini? “ jawab Leo segera.
“ Ah, kau lupa pada suaraku, Yap. Ini aku. Singgih. Aku hendak mengabarkan hasil tes mu dan istrimu. Kau dan istrimu itu terlalu sibuk rupanya. Aku menelponmu pagi – pagi seperti ini, sebab bila kutelpon siang nanti apalagi malam, kalian pasti tidak ada di rumah. Kau dan Winda bisa segera ke rumah sakit bukan? Aku menunggumu. Kita akan membicarakan hasil tes kalian berdua. “ jawab si penelpon di seberang sana.
“ Oh kau rupanya Dokter Singgih. Ya, ya okelah. Sebelum berangkat kerja aku dan Winda akan ke sana. Dia sudah tidak sabar untuk mengetahui hasil kesuburan kami. Bagaimanakah hasilnya? ” jawab Leo.
” Sulit sekali, Yap. Jangan kau kecewa akan hasilnya. Kita tetap berusaha semaksimal mungkin agar kalian bisa cepat dapat momongan. Tapi agaknya kau tidak bisa menyalahkan Winda terusan. Sel telur kalian terlalu sedikit. Miliknya terlalu sedikit, dan tidak seimbang, milikmu tidak agresif. Pembuahannya jadi gagal. Jangan kau kecewa Yap. Mungkin Tuhan punya kehendak lain.” jawab Dokter Singgih.
Dokter Singgih adalah teman Leo semenjak SMA. Mereka bahkan satu kampus. Tapi dengan jurusan berbeda pula. Singgih mengambil jurusan kedokteran, spesialis kandungan. Leo mengambil jurusan bisnis internasional. Setelah tujuh tahun perkawinan mereka, tak sekali pasangan Leo dan Winda berselisih. Meskipun perselisihan itu tak kentara di muka umum, namun di dalam rumah tangga mereka bagaikan kapal Titanic yang hendak karam karena belum mempunyai momongan. Baik Leo maupun Winda amat mengharapkan anak dalam rumah tangga mereka. Namun sayang, Tuhan masih punya rencana lain. Dan Singgih sebagai kawan baik Leo beritikad baik selalu membantu pasangan itu. Tapi manusia berusaha sekeras mungkin bila Tuhan tidak berkehendak tentu saja itu jadi lain soal. Sebenarnya mereka amat enggan bila disuruh memeriksakan kondisi mereka. Leo selalu menyalahkan Winda. Winda hanya bisa pasrah, Winda terlalu mencintai Leo. Winda tak ingin Leo selalu bersedih. Padahal sebenarnya Leo tak punya alasan untuk bersedih lagi. Pekerjaannya membuahkan hasil yang baik. Tingkat kemajuan perusahaan yang ditanganinya selalu menanjak. Seluruh karyawannya makmur dan sejahtera semenjak semua ditangani langsung oleh Leo. Semua kebutuhan mereka terpenuhi. Rumah gedung tingkat tiga itu terlalu luas ditinggali oleh dua orang itu, bersama tiga pembantu dan dua sopir serta seorang satpam. Namun tentu saja, kebahagian tak selalu dapat dibeli dengan uang. Akhirnya mereka menyerah setelah melewati seribu satu macam cara untuk mendapatkan anak. Yang terakhir, proses bayi tabung ini pun juga gagal. Pupus sudah harapan mereka. Entah mungkin setelah ini Leo mungkin akan menceraikan Winda secepat mungkin atau apa lah, Winda terlalu takut untuk membayangkan itu. Winda juga yang akhirnya memasrahkan diri kepada Dokter Singgih untuk diperiksa. Padahal sebelumnya Winda ogah sekali memeriksakan dirinya. Malu pada dokter rupanya. Tapi dengan Leo akhirnya Winda mau juga, asal dengan Dokter Singgih langsung yang menanganinya.

Sesekali Singgih menatap dua orang di depannya dengan pandangan kasihan. Rupanya orang kaya yang tidak bahagia. Selalu sibuk bekerja. Mungkin Tuhan tahu kalau kesibukkan kedua orang itu terlalu berlebihan, oleh sebab itu Tuhan belum mau menitipkan anak pada mereka.
” Satu – satunya jalan Yap. Adopsi. Hartamu sudah menumpuk bukan. Mungkin tidak salah bila kau coba mengadopsi anak saja. Winda tentu juga akan menyetujuinya bukan bila kalian benar – benar merindukan sosok anak di dalam rumahmu? ” Dokter Singgih mulai pembicaraannya tanpa sungkan. Dokter ini memang selalu ceplas – ceplos pada mereka. Sudah akrab memang.
” Mungkin akan kucoba.” jawab Leo.
Winda agaknya kaget, tidak percaya pada apa yang didengarnya. Akhirnya Leo menyetujui juga usul Dokter Singgih. Winda segera melayangkan pikirannya kesana kemari. Apa yang akan dilakukannya setelah ini. Seperti apa rupa anak yang akan menjadi miliknya. Winda ingin sekali menimang seorang puteri. Agar nanti bisa didandani secantik mungkin. Puteri kecil yang imut – imut. Manis, pandai, berbakat seperti dirinya. Winda sendiri seorang wanita karier yang sukses. Cantik. Anggun. Pandai dan rajin. Pawakannya tinggi langsing, kulit yang kuning langsat menambah manisnya dirinya. Dandanannya tidak pernah menor, selalu anggun, mencerminkan wanita yang... Ah, Leo selalu mendambakan istri yang seperti ini. Serba bisa. Istimewa pokoknya! Tak salah pilihannya waktu itu. Tapi waktu itu Leo bahkan tidak mempedulikan adanya tumor di rahim Winda. Itu sebabnya! Ovumnya bahkan terlalu sedikit dan tidak seimbang.
” Di mana pula aku harus mencari orang tua yang sudi memberikan anaknya untuk kami? Menculik? ” lanjut Leo.
” Wah bisa – bisa kau dipenjara Yap! Hahaha... ” gurau Singgih.
Namun Yap Leo dan istrinya yang dari tadi diam tidak menanggapi gurauannya. Malah semakin diam. Rasanya dunia begitu luas. Mana ada orangtua yang memberikan anaknya untuk orang lain. Adapun itu pasti hanya satu orang dari sejuta manusia! Pikir Winda kecut.
” Tidakkah kalian ingat, banyak anak – anak di dunia ini, yang tidak dapat merasakan kasih sayang orang tuanya. Kau lihat itu Yap? Win? Yang bahkan dimanfaatkan orang tuanya untuk mengemis atau menga..” belum selesai Singgih melanjutkan kata – katanya. ” Jadi yang kau maksud aku mengadopsi gelandangan cilik atau anak pengemis? Pengamen? Jangan bercanda kau! ” seru Leo seketika.
” Lho, aku kan belum selesai bicara. Kau bisa saja ke lembaga masyarakat seperti panti asuhan atau tempat – tempat seperti itu kau tentu mengerti maksudku kan Win? ” Winda hanya mengangguk, padahal ia masih bingung pada perkataan Singgih. ”Ya kau bisa saja menghubungi banyak panti asuhan atau kenalanmu juga banyak kan di kantor. Suruh anak buahmu mencari dong.” ujar Singgih lagi.
” Maksudku, aku tidak mau sembarangan tahu! ” bentak Leo.
” Ya tentu saja. Kan aku tadi sudah bilang, banyak panti yang menampung anak yang kurang beruntung itu. Kau dan Winda bisa melakukan seleksi anak – anak itu, serta latar belakang dan seluruh tetek bengek mengenai itu. Lalu yang paling cocok dengan kalian, seperti yang kau inginkan maksudku, pilih saja anak itu.” Singgih menambahkan.
” Apakah bisa segampang itu, Singgih? Yang aku takutkan bila suatu hari anak itu akan mengerti latar belakang kehidupannya. Oh, aku bahkan tak bisa membayangkan itu terjadi. Bilamana ... ”
kini ganti Winda yang menjawab. Winda mulai tertarik dengan pembicaraan ini.
” Tentu saja suatu hari si anak akan mengetahui keberadaannya yang sesungguhnya. Semua tergantung pada kalian bagaimana kalian mendidik atau mengasuhnya. Anak itu ibarat selembar kertas yang masih putih bersih dan polos. Tergantung bagaimana dan apa yang kau torehkan dengan pena di atasnya. Seperti itulah esok dia.” jawab Dokter Singgih.
Ternyata lebih mudah mencari orang hilang atau mencari korban bencana alam, menurut Leo ketimbang mencari atau memilih anak. Memangnya anak itu barang? Ada yang cocok tetapi kurang sreg dengan latar belakangnya. Ada pula yang sreg dengan latar belakangnya tapi tidak cocok dengan fisiknya. Lelah tak cuma menghampiri Leo. Winda pun juga lelah dengan ini semua. Seolah – olah di dunia ini sudah tidak ada anak yang dapat diadopsinya. Padahal baik Leo atau Winda sudah meluangkan banyak waktunya untuk memulai misinya itu.
Atas prakarsa salah seorang teman Winda, akhirnya ditemukan sebuah panti asuhan yang menurutnya patut dicoba. Tapi Leo sudah putus asa, sengaja Winda datang sendirian ke Desa Sukolilo. Panti Asuhan Sinar Kasih. Sudah tiga kali ini Winda kembali datang ke Panti Asuhan itu. Pada akhirnya memang membuahkan hasil. Ada seorang anak yang membutuhkan orangtua yang siap menafkahinya lahir dan batin.
Cukup lama berbincang dengan Sinta, akhirnya titik terang telah tercapai. Tapi tentu saja Sinta juga mengharapkan kehadiran Leo. Leo tidak ikut karena masih banyak urusan, dalihnya. Tapi tentu saja rasa penasaran selalu membuatnya tidak sabar untuk bertemu dengan puteri pertamanya itu! Anak yang akan diasuhnya. Yang akan hidup bersamanya kelak.
” Ibunya terpuruk dalam keadaan ekonomi yang menyusut. Tidak sanggup membiayai hidup mereka. Jadi bukan karena faktor apa – apa, Bu. Ayah Ibunya menamainya Astari Sugiarto. Bila Ibu hendak mengganti namanya, Ibu punya hak untuk itu. Asal surat adopsinya tetap jelas. Bila Ibu atau Bapak memerlukan identitas orangtuanya, kami dapat memberikannya lengkap seperti yang Ibu minta.” kata Sinta sambil mengantar Winda menuju mobilnya.
” Tentu Bu. Saya memang membutuhkan identitas dan semua tentang anak ini. Kelak bila ia mengetahui kebenarannya, kami akan selalu siap dari sekarang. Terima kasih, Bu. Saya harus undur diri sekarang. Mulai hari ini saya akan merawat anak ini seperti darah daging saya sendiri.” ucap Winda.

Anak itu sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga Leo. Umurnya menginjak 2 bulan ketika dibawa pulang oleh Winda dan Leo.
Banyak kalangan dan sanak saudara yang menanyakan keberadaan anak itu. Tak perlu ditutup – tutupi lah, pikir Leo dan Winda. Toh kenyataannya memang begitu. Memang kenapa? Ini bukan aib pula. Kadang orang sirik juga tetap ada, namun tak sedikit pula support dan dukungan untuk mereka. Berbagai ucapan rasa turut berbahagia tak berhenti mengalir dari telepon, rumah, dan kerabat – kerabat di kantor.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun pun berlalu begitu cepat rasanya. Semua mereka lalui dengan bahagia. Leo dan Winda tak segan lagi untuk memamerkan anaknya pada semua orang. Mereka sangat bahagia. Bahkan kini Winda lebih banyak di rumah untuk mengurus Shery. Pekerjaanya ia banyak serahkan pada beberapa asistennya di kantor. Dia hanya mau tahu jadi. Tahu beres dan menunggu laporan dari bawahannya. Begitu juga dengan Leo. Waktu bekerjanya dikurangi. Sekarang ia lebih suka pulang sore dan menemui istri serta anaknya daripada mengikuti meeting berjam – jam dengan mitra bisnisnya.
Kini Shery sudah berusia 5 tahun. Perangainya yang lincah, enerjik, dan menggemaskan kerap kali membikin orang yang melihatnya merasa takjub. Matanya yang bulat dan rambut hitamnya yang sebahu sering dikuncir dua oleh Winda, belum lagi poni kudanya yang menambah imut rupanya.
Shery dididik dengan disiplin, tertib, rapi, namun penuh dengan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya menginginkn yang terbaik untuknya. Dari segala kebutuhannya mulai dari susu, pakaian, mainan, dan yang penting ialah kesehatannya selalu dipilih yang terbaik. Vaksin dan segala imunisasi tidak pernah terlambat. Tidak kurang satu apapun itu. Berapapun harganya, yang penting Shery selalu sehat dan terpenuhi.
” Shery nanti jam tujuh malam ada ”job”.” kata Papa nya.
” Ya.” jawab Shery, seperti biasa. Memangnya apalagi yang dapat dikatakan anak itu selain mengiyakan pernyataan ayahnya itu?
Malam ini ada “job” menyanyi pada sebuah pesta ulangtahun anak relasi Leo. Shery memang sudah terbiasa dengan pekerjan itu. Sebenarnya Leo dan Winda sedikit enggan bila dikatakan bila Shery menerima beberapa job, seperti sekarang ini. Umur Shery masih belum pantas untuk mencari nafkah. Semua tercukupi. Apa yang masih kurang? Sejak kecil Shery gemar menyanyi. Dari playgroup bakatnya sudah nampak. Gayanya yang lincah dan centil suka bergaya di depan umum dan kamera sangat mengagumkan. Luwes dan menarik. Dari hobi menyanyi itulah akhirnya Winda dan Leo memutuskan untuk memupuk bakat anaknya itu. Menurut mereka, bukankah bakat harus dikembangkan bukan? Tapi akhir – akhir ini bakat – bakat itu disalurkan pada job yang tentunya menghasilkan uang pula. Yap dan Winda tidak peduli dengan uang yang didapatnya. Toh tidak seberapa. Yang penting ia ingin menjadikan Shery anak yang berbakat yah kalau bisa menjadikan seorang bintang cilik yang diakui oleh publik pula. Kadang mereka ingin menunjukkan bahwa anaknya juga bisa seperti anak – anak yang lain. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya sanggup. Mampu menjadi orang tua bagi anaknya. Mampu membiayainya. Mampu menghidupinya. Mampu segalanya. Mampu memberikan demokrasi kepada anaknya untuk memilih. Lagipula Shery tidak keberatan. Predikat adopsi sudah ditelan bulat – bulat oleh pasutri ini. Persetan dengan omongan orang! Toh besoknya dia akan mengerti juga. Tentu saja bila dewasa nanti. Alasannya untuk tabungan di masa depan. Akhirnya segala macam kursus, les, latihan hingga sanggar diikutinya tanpa mengenal lelah. Tak jarang Shery mengingkuti banyak lomba dan memenangkannya. Jadi tak perlu heran pula jika piala di rumah sudah puluhan.
Kadang Shery sempat berfikir mengapa anak sekecil aku selalu tak pernah ada istirahatnya? Setelah sekolah ada les. Setelah ada les, ada kursus. Setelah kursus ada job yang harus diselesaikannya. Belum lagi membuat PR dari Bu Guru Renata! Kasihan sekali aku!
Tapi Shery juga bahagia bila ia boleh mengikuti perlombaan – perlombaan itu. Ia senang, ya walau kadang badan terasa lelah, belum lagi rasa kantuk yang tidak bisa ia sembunyikan di sekolah esok harinya, ia masih bisa menikmati pujian dari gurunya dan teman – temannya.

Menginjak umurnya yang ke – 19, Leo dan Winda sepakat menguliahkan Shery di Beijing. China. Kesepakatan itu telah diputuskan lama sebelum Shery remaja.
Saat itu Shery sudah tumbuh menjadi gadis yang manis, supel, ramah, keras kepala namun cerdas. Sungguh menyenangkan! Kritis terhadap semua masalah yang dihadapinya. Tidak sia – sia Shery mengikuti kursus Mandarin waktu kecil. Kemampuan olah bicaranya sungguh mengagumkan. Sungguh anugerah luar biasa. Kadang Winda memikirkan hari depan Shery. Ia ingin anak itu sempurna. Ya, sempurna. Tidak ada kata – kata lain yang harus didapatkan seorang Shery selain sempurna! Siapa tak kenal Shery Hadinata? Gadis manis ini yang akan diberangkatkan ke Beijing siang ini! Ah, rasanya Winda tak ingin melepaskan anaknya begitu saja! Tapi perjanjiannya dengan Leo sudah tidak dapat dielakkan lagi. Ini sudah waktunya. Mereka tak ingin Shery hidup di Indonesia. Tak ingin ketentraman Shery diusik oleh orang usil. Orang yang nantinya mungkin akan memberitahu Shery dan semua tentangnya. Leo tak mau itu terjadi. Lagipula mutu pendidikan hingga pergaulan sudah dipikirkan matang – matang oleh mereka. Tak ketinggalan semua biaya yang akan ditempuhnya ke depan. Oh, itu bukan masalah utamanya! Uang bisa dicari. Tapi Shery? Leo kadang melupakan status anak itu. Tidak pedulikan darimana asal anak itu. Padahal dalam Keluarga Yap yang semua keturunan Tionghua asli tidak mengharapkan adanya pribumi dalam keluarganya. Sulit memang! Maka dari itu, salah satu misi nya ‘’menaruh’’ Shery di Beijing ialah itu. Esoknya, menantu yang diharapkan tentu berasal dari keturunan yang sama. Terpandang, setara, dan yang pasti berasal dari keluarga yang baik – baik.

“ Shery, kau tentunya akan melanjutkan kuliah di sana bukan? Mungkin tahun depan Papa dan Mama baru akan menjengukmu. Tidak apa kan Sayang? Kau tahu Papa mu sibuk sekali dengan pekerjaannya. ”
ucap Winda malam itu waktu menyempatkan bertelepon dengan Shery. Kira nya waktu hanya terpaut 1 jam antara Jakarta – Beijing. Itu pula bila Shery yang sangat membutuhkan Winda. Ia sangat rindu pada orangtuanya.
” Iya Ma. Aku sudah mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studiku. Kapan Mama dan Papa ke sini? Aku rindu kalian. Aku juga akan mengenalkan seseorang kepada kalian. Hahaha.. Mama ’kan tentu tahu maksudku! ”
” Wah, Nona manis sudah ada yang punya yah? Kenalkan pada kami waktu kami datang nanti! Janji loh!” jawab Winda dengan nada yang aneh. Senang juga cemas.

Janji itu pun kini terpenuhi saat Winda dan Leo mengunjungi Shery di Beijing. Denny Wicaksono. Alamak! Orang setanah air pula! Yah, kadang memang jodoh tidak lari ke mana, pikir Winda dan Leo saat berkenalan dengan pemuda itu. Melarikan Shery hingga Beijing pun tetap bertemu dengan orang tanah air. Posturnya tinggi tegap. Semampai. Tidak terlalu kurus juga tidak terlalu gemuk. Tidak kekar juga. Tampaknya pemuda yang sangat biasa – biasa saja. Sungguh. Tidak ada yang menarik darinya. Hm, kecuali lesung pipi kanannya dan gingsulnya yang sedikit menambah manis. Rambutnya pun rapi. Modis tapi sopan. Belahan rambut di sebelah kanan. Tidak dijabrik – jabrik. Winda suka itu. Tidak dibuat – buat. Tidak dicat warna – warni begitu. Dan yang pasti tidak bertindik dan tidak bertatto. Bergidik Winda bila membayangkan laki – laki model begitu yang menjadi pacar Sherry. Tidak pakai anting sebelah juga. Tutur katanya mencerminkan seorang berpendidikan tinggi. Bajunya sopan pula. Terdidik dan terpelajar. Ramah. Manis. Kulitnya yang sawo matang malah membuat gayanya semakin cool. Sopan pula kepada Winda dan Leo. Lega kedua orangtua itu melihat seperti apa orang yang sudah setahun menjaga Shery. Tak lupa Leo melihat mata Denny. Oh, sipit rupanya! Kalau begini kan tenang.
” Denny Wicaksono, Oom, Tante. Lulusan Teknik Pangan Universitas Taipei. Sekarang bekerja pada restoran - restoran franchise di Beijing. ” goda Shery sembari mengenalkan Denny pada kedua orangtuanya.
” Apa agamamu? ” tanya Leo tiba – tiba. Leo juga kaget sendiri dengan ucapannya. Tapi ia harus menanyakannya. Harus. Sejak Winda bercerita kalau Shery sudah mempunyai kekasih di Beijing, Leo tidak tenang hati. Pikirannya yang bukan – bukan.
Tanpa sadar pula Shery menyikut tangan Papanya.
Sungguh pertanyaan aneh. Apa – apaan sih? Tiba – tiba sekali dalam pertemuan pertama!
Dasar orangtua!
Tapi Denny dengan sopan menjawab pertanyaan itu yang menurutnya juga sangat mengejutkan,
“Saya Nasrani, Oom. “
Nah! Inilah yang dikhawatirkan Leo.

“ Kau tahu kan Sher, jelasnya di keluarga kita tidak menyukai Nasrani. Terlalu ambisius! Fanatik! “ ungkap Leo ketika mereka sampai di apartemen Shery. Pelan tetapi tegas. Pasti. Kukuh. Denny bukan pribumi tapi Nasrani! Shery makin pusing dengan Papa nya. Tidak ada yang menangapi Leo. Malam itu Beijing terasa amat dingin. Kegundahan Winda juga memuncak, tetapi tidak diperlihatkan. Shery apalagi. Ditelannya rasa bingung itu tanpa bantahan sedikitpun. Ia mengerti. Sangat paham maksud Papanya.
Jadi itu sebabnya makan malam dalam perkenalan itu cepat – cepat diakhiri oleh Leo. Ia tidak ingin anaknya ikut – ikut oleh Denny. Ia takut Sherry melupakan leluhurnya.
Kokoh sekali Yap Leo bersikukuh menolak Denny. Ia sungguh tak mau bermenantukan seorang Nasrani! Ia tak ingin Shery juga terpengaruh ajaran Nasrani. Bagaimana ini? Cinta mereka sudah terlanjur. Sulit rasanya memisahkan cinta itu. Dulu ia juga merasakannya dengan Winda. Persetan dengan tak punya anak. Yang penting ia cinta pada Winda dan sebaliknya.
Bah, siapa peduli leluhur? Shery toh bukan berasal dari leluhurnya? Ia pribumi asli bahkan!
“ Biarkan saja lah Pa. Kau juga hapal sikap keras kepala Shery seperti apa. Anakmu sudah mantap dengan Denny. Dua tahun lagi Denny akan melamarnya. Kau lupa itu? Ia tak buruk – buruk amat. Mereka saling mencintai. Ingat itu Pa. Itu landasan pernikahan kita juga kan? Aku dan kau saling menerima apa adanya. Jangan salahkan Shery. Kita toh tidak pernah saling menyalahkan. Biarkan kita melihatnya bahagia. Bukankah itu keinginan kita? Apapun untuknya bukan? Aku sudah memikirkannya. Janganlah kita melihat orang hanya dari mana dia berasal. Ingat, Shery bukan milik kita . Bukan pula dari rahimku. Bukan pula dari benihmu. Denny dan Shery sudah sanggup saling menerima. Umur mereka sudah cukup untuk saling berbagi. Biarkan Shery tidak pernah tahu. Cukup hanya kita dan Tuhan. ” kata – kata Winda malam itu begitu mengalir dan tak kuasa pula air matanya mengalir di pipinya.
Malam itu Leo akhirnya melepaskan segala kekhawatirannya pada sebuah pelangi di sudut matanya. Ia akhirnya membebaskan anaknya untuk menemukan kebahagian. Sesungguhnya semua kebahagiaan tidak dapat dibeli dengan uang. Percampuran unik dalam keluarga Leo akan segera terlaksana. Tidak bergurau bila dua tahun kemudian Denny dan Shery menemui kedua orang tua Shery untuk melamarnya.

Dalam suasana gamang itu pada akhirnya Denny dan Shery akan memohon restu kepada Papa dan Mama nya. Saat ini Leo dan Winda sudah pasrah dan menerima kenyataannya.
Tak lupa sembari memeluk Papanya, Shery berbisik,
” Pa, kami telah menyepakati...
Bahwa...
Denny akan mengikuti ajaran kita.. Ia akan menerima leluhur kita pula. Restui kami ya, Pa?”
Dan Leo masih tidak tahu harus menjawab apa. Justru akulturasi unik ini menambah rasa kesatuan dalam keluarganya. Leo pun membesarkan hatinya dengan membandingkan dirinya dengan Bangsa Indonesia. Ia sendiri WNA keturunan di Indonesia. Menetap di Indonesia juga. Bangsa Indonesia sendiri bangga akan dirinya sebagai masyarakat. Generasi – generasi penerus yang melanjutkan kemerdekaan Indonesia. Mengapa dirinya tidak bisa menerima Denny sebagai menantunya? Seegoiskah itu dirinya? Leo kecut sendiri memikirkannya. Kini malah Denny yang berkorban demi menggapai cintanya. Cintanya pada keluarga Shery sudah cukup membuktikan.
Yah, kadang cinta memang begitu buta. Filosofi kuno.

Paket dari Hujan

Sudah kau lihat?
Aku kirimkan dia untukmu
Khusus untukmu
Bersama sejuta karibku
Sudah waktunya, dia untukmu
Dalam malam ini,
petir dan guruh turut mengantarnya padamu
Jadilah ia untuk menemanimu
Menemani dan bolehlah dia menjadi
seorang pendengar yang baik
Seperti itu kau minta pada – Nya
Bukankah kau sudah menunggunya?
Kirimkan seribu panjat syukurmu
Maka kami selalu tersenyum bersamamu
dan dia yang sudi mengajakmu menikmati aku
Doaku kalian saling melengkapi
Dari aku yang selalu menemanimu waktu sepi

Lagi

Abu – abu itu
Hitam dan putih menyatu
Dalam serpihan angin yang berderu
Mendung juga datang mengharu biru
Kelabu itu kembali datang
Pertanda hujan akan membumi riang
Hanya menunggu sapuan angin berdendang

Gadis Sunter

Sunter Jakarta
Panas menggigit kulit
Ia sedang mengusap keringatnya
Seorang gadis yang sedang kasmaran
Jatuh cinta rupanya
Ah, sedang dimabuk cinta dia
Ketika itu yang dirindukan sedang berfikir
Tetap tidak datang padanya
Sang gadis hanya mengalah
Menyadari kalau itu bukanlah tandingannya
Ia malu
Ia menciutkan hatinya
Ia sadar
Yang dirindukan
Tak kunjung datang
Ia pulang dengan berlinang

Hujan (Lagi)

Puisi ini
Aku persembahkan kepada hujan deras
Yang turun malam ini
Sontak gemuruh
Kilat halilintar
Menuntunku pada pujaanku
Oh, mengapa kau muncul pada hujan kali ini?
Sesaat kerapuhan hatiku terlupakan
Tidak, aku harus melupakanmu
Atau aku yang akan terbelit dalam hujan ini lagi
Selamat tinggal basah
Aku yang masih bocah
Tidak mau kena basahAtau terciprat air pandangmu yang menusuk hatiku

Valentin

Memori ini kau yang tinggalkan?
Gugah saja memori kita tentang dahulu
Kembali teringat kembali mengganggu

Semakin erat genggamku
Kau malah pergi tinggalkanku
Valentine kali ini ia menemani
Dalam bayang malam, pekat dan pahit cokelat,
serta legit nya gula

Hujan tidak absen menungguiku
Kadang aku berharap hujan itu kau
Viva Forever

Sendal Lurik Batik

Lantai ini dingin sekali, Mama
Kau tak pakai sendal?

Sendalku sedang kau pakai anakku
Ah, benar juga

Sandal lurik batik ini mengingatkan kita pada malam sebelumnya
Waktu itu bahkan kita tak punya sendal untuk menghangatkan
telapak kaki kita

Sudah biasa kaki kita tak pakai alas
Tadi pagi kita membeli sandal dengan motif sama :
lurik batik

Tapi sendalmu kau berikan padaku
Sebab barusan sendal baruku digondol anjing tetangga

. . .

Why must difficult to admit “love” whereas it there?
Why must difficult to say “love” whereas it there?
Love, sing u’r hum from your heart
Cos I don’t have read your eyes

Sampaikan pada Chairil

Bang Chairil
Aku bukan binatang jalang
Seperti yang kau ucap pada Aku


Aku punya perasan
Aku peka
Aku sedih melihat saudaraku mati
Aku gamang ketika melihat sahabatku terluka


Aku yang tidak seperti kau
Yang masih ingin hidup seribu tahun lagi
Bang Chairil
Begitukah semangatmu?


Masih meradang
Menerjang
Ah, aku yang tidak seperti kau pada Aku

To My Beloved Friends

Since 20 days after my birthday going to seventeen
Since 17th-Dec that you exactly 17th years
Since 2 hours that you return to Our Father
Since that
Water was flow from my cheek
For a moment my heart was corrected to stop
Like an electricity current
Then I montionless
Pull my life in the crowded
Up to nowadays,
approximately we already 7th times meet in the dreams

Kembali Bali

Ah Kintamani
Cintaku dipucuk serat dinginmu
Tlah kuanyam air mata
Dalam rantaian nadi
Dalam buramnya kabut

Sanur
Hingga detikku
Cintaku
Tetap tak bergeming
Dari toreh peraduan
Mendekam dalam ketenangan
Karna itulah pelabuhan terakhirmu

Kuta
Desah ombakmu meracu luas
Begitu merayu raga
Kurekam degup jantung yang kencang
Menikam tak mampu akali iman

Bali, ah Bali
Mega abritmu di atas Wisnu Kencana
Ribuan cahaya dalam temaram senyap
Empunya sejuta cinta sedang merona

Kutinggalkan kau pada Sanur
Pada bekunya Kintamai
Saat surya pulang dari Kuta
Kembali suci
Senyap keramat milik Bali
Tinggalah kau
Ku yang meninggalkan kau

Jangan
Jangan kau ucap cinta lagi
Bila tak memahaminya

Jangan kau kata kasih
Bilanya tak pahami mu
Atau aku semakin tinggalkan kau
Dalam susah
Mencinta dan mengasihi mu