Minggu, November 15, 2009

Aku Bukan Atheis

Surat Seorang 'Atheis' :

Aku bukan atheis seperti yang kau pikir. Aku bukan atheis seperti yang kau kira.
Aku selalu menanyakan kebenaran agama yang bagiku semua memang sudah benar. Aku hanya butuh waktu untuk menemukan kembali Tuhanku. Dan kamulah orang yang paling tepat. Meskipun kamu enggan kenal dengan aku. Aku yang atheis seperti yang kau kira. Saat kamu menangis sejak mengenal aku, ketahuilah bahwa aku sudah menangis sebelum aku mengenalmu. Saat aku mencintai Tuhanku, aku begitu katarsis, mengagung-agungkan nama-Nya, sehingga aku lupa bahwa aku sebenarnya hanyalah mahkluk tak kasat mata yang bersuara. Tapi tak ‘ada’ bersama saat Ia membutuhkan aku. Saat aku kecewa, aku baru sadar bahwa betapa Ia sangat membenci aku. Dan aku sempat berpikir untuk lebih membenci-Nya lebih-lebih daripada Ia membenci aku. Tapi aku tak bisa. Ini karena aku terlalu mencintai Ia berlebih. Begitu aku tergila-gila pada-Nya. Tapi aku tetap tak bisa. Dan selalu tak bisa. Aku terlalu takut dengan Ia, aku terlalu mencintai Ia, sehingga Ia merupakan sesuatu yang memang tak bisa aku batasi hanya dengan sekedar kata. Aku bukan siapa-siapa! Aku selalu ingat itu. Dan aku temukan betapa kamu menghinaku seolah-olah aku atheis penyembah berhala sejati. Dan betapa penghakimanmu sangat-sangat membuat aku sakit. Sakit pikiran mengenai konsep ketuhanan itu. Langsung kutemukan bahwa aku selama ini semakin salah dan tak berguna. Untuk menyebut-Nya pun kau sudah tak perkenankan lagi. Betapa itu sangat lucu dan mengagumkan! Fantastik!
Siapa aku, siapa kamu. Itu yang seringkali kau katakan padaku. Dan hitung berapa kali aku mendapat penolakan darimu. Sedangkan aku lebih suka berdiam diri dan simpul senyumku tak pernah hilang. Kamu tak pernah tahu betapa proses itu sangat sangat sangat melelahkan. Tapi aku merasa untung jika kau membuatku seperti ini. Karena aku selalu lebih gampang menulis. Dan orang terdekatku selalu meminta aku selalu sedih dan yang menurutnya itu menguntungkan dia. Ada-ada saja.