Sabtu, Maret 01, 2008

Kerjasama Bangunkan Aceh

Banyaknya lembaga – lembaga bantuan atau pembangunan telah memberikan dampak terhadap banyak manusia yang membutuhkan bantuan pada kebutuhannya.Meningkatnya kebutuhan ekonomi,labilnya krisis yang terjadi serta bencana alam akibat ulah manusia sendiri di Indonesia semakin memeperburuk citra Indonesia.Terbuktinya kesadaran manusia untuk berfikir lebih efektif bahwa manusia sebagai mahkluk sosial,tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.Individu yang hidup sendirian dapat dipastikan bahwa dia tidak dapat hidup tanpa orang lain.Demikian pula halnya dengan sebuah negara.Sebuah negara tentunya tidak dapat berdikari tanpa bantuan dengan negara lain.Hal ini biasanya disebut dengan kerjasama internasional.
Kerjasama dalam negara tersebut biasa disebut kerjasama nasional.Kerjasama yang dimaksud di sini meliputi banyak konteks seperti bidang – bidang yang telah diketahui banyak khalayak.Kerjasama di bidang ekonomi yang meliputi bidang mata pencaharian,keuangan,sistem ekonomi,bisnis,ketenagakerjaan,politik,transportasi,dsb.Dalam bidang kesehatan misalnya obat – obatan,mutu kesehatan masyarakat,tingkat gizi dan pangan,lingkungan hidup.Keadaan saling membutuhkan inilah yang menjadikan hubungan kerjasama nasional dan internasional dapat terjalin.Suatu kebutuhan kesehatan misalnya,lembaga kesehatan masyarakat di Indonesia dan luar negeri akan saling bekerja sama untuk menolong para korban bencana alam atau kekurangan pangan dan gizi di suatu daerah.Sebut saja lembaga – lembaga di bawah naungan PBB.Misalnya WHO (kesehatan), UNESCO (pendidikan), IMF (keuangan), FAO (bahan makanan dan pertanian),dll.

26 Desember 2004 sayap barat Indonesia,Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) dan Nias serta kawasan di sekitarnya luluh lantah akibat tsunami dan gempa bumi.Gempa bumi tersebut merupakan gempa terkuat di dunia yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini.Disusul dengan tsunami yang menobrak abrik pesisir pantai Aceh dan sekitar .Kerusakan – kerusakan yang terjadi dan kerugian yang dicapai sudah tidak dapat dihitung lagi.Melihat kejadian ini pemerintah Indonesia segera membentuk Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (BAKORNAS PBP) untuk segera menangani keadaan ini dengan tanggap sesegera mungkin.Kali ini,Indonesia benar – benar menangis meratapi kelumpuhannya.Hampir seluruh dunia memberi bantuan dengan berbagai macam bentuk kepada masyarakat NAD dan Nias.

16 April 2005,BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) dibentuk dengan dasar PERPU nomor 2 Tahun 2005.BRR mempunyai 3 tugas ,yakni bertanggung jawab memastikan bahwa aspirasi berbagai pihak yang diwakilinya menjadi acuan dalam proses rehabilitasi & rekonstruksi dan bertanggung jawab bahwa kegiatan yang dilaksanakan telah berjalan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang membutuhkan,serta mengelola kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi berjalan dengan lancar.

Kehadiran ADB (Asian Development Bank) yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki kemakmuran dan kesejahteraan orang Asia dan Pasifik memberi pengaruh besar kepada masyarakat tsunami Aceh. ADB mempunyai 67 anggota,48 anggotanya berasal dari daerahnya dan 19 negara yang lain adalah partisipan dari seluruh negara di dunia.Misi nya untuk menolong para anggotanya yang sedang membutuhkan dana untuk meningkatkan kesejahteraan bagi penduduknya.ADB memberikan bantuan kepada negara yang membutuhkan berupa pinjaman atas perizinan dan jaminan.ADB berperan aktif dalam pembangunan Aceh kembali.ADB memberikan ketransparan dalam proses distribusinya ke Aceh di berbagai bidang seperti pertanian,perikanan,pengairan,pengusahan mata pencaharian besar/kecil,perumahan,air dan pemeliharaan kesehatan,pendidikan,transportasi,dll.ADB juga bekerja sama dengan LSM UN-Habitat, German Agro Action, Help eV dan Cordaid Sumatra untuk pembangunan sebanyak 3.000 rumah. Disebutkan, ADB menyediakan dana senilai 72,5 juta dolar guna membangun dan memperbaiki rumah-rumah dan infrastruktur pendukungnya di Aceh dan Nias sebagai bagian dari hibah untuk Pemerintah Indonesia sebesar 291 juta dolar AS. Hibah itulah yang dinamakan Earthquake and Tsunami Emergency Support Project (ETESP) ditujukan khusus untuk merehabilitasi dan merekonstruksi Aceh dan Nias pasca tsunami.Pemda Aceh tetap mempunyai 2 tugas yaitu merekonstruksi Aceh dan ikut mendukung BRR serta rehabilitasi.ADB juga memberikan bantuan untuk memperbaiki mutu pendidikan;memberikan beasiswa dengan lebih mengutamakan kaum perempuan,membantu dibukanya kembali Kantor Perbendaharaan Negara (KPKN) di Aceh. ADB juga membantu dana untuk pembukaan kantor Badan pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi pemberantasan Korupsi (KPK) di Aceh. Prioritas lainnya bagi ADB pada tahun 2006 adalah mempercepat pembangunan perumahan bagi para pengungsi.Kepala BRR NAD dan Nias, Kuntoro Mangkusubroto,menyatakan bahwa ini adalah bentuk dukungan lembaga donor,terutama ADB untuk mendukung rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias.Beliau menambahkan bahwa proyek pembangunan perumahan ini dilaksanakan setelah melalui proses perencanaan matang yang melibatkan masyarakat.

Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Black & Veatch juga mengadakan mid-term review untuk Proyek Bantuan Darurat Gempa Bumi dan Tsunami Paket 24 (ETESP-24),yang berfokus pada Perencanaan Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan pada tingkat Kecamatan.Berdasarkan perhitungan nilai kerusakan dan kerugian di wilayah NAD adalah Rp.41,4 triliun.Pada tahun 2006, BRR telah berhasil memindahkan lebih dari 65.000 pengungsi dari tenda ke hunian sementara. Keberhasilan yang telah dicapai adalah hasil kerja bersama yang melibatkan 30 pelaku rekonstruksi dari berbagai pelaku rekonstruksi.Kemajuan lain dalam bidang pendidikan yang dicapai mencakup pembangunan hampir 750 sekolah, kurang lebih 300 fasilitas kesehatan dan 1.200 kilometer jalan di Aceh dan 300 kilometer di Nias.Akhir 2006, seluruh pelabuhan dan bandara yang hancur dapat beroperasi kembali.PT Garuda Indonesia Airways juga memberikan bantuannya berupa ribuan kursi gratis untuk mengantar kepulangan para mahasiswa ke tempat asalnya.World Bank berkomitmen membangun 5.000 rumah, 200 sekolah dan 200 gedung pemerintahan dengan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat. Asian Development Bank meningkatkan komitmen mencapai USD 30 juta.Australia menyumbangkan 10 juta Dollar Australia untuk pembangunan kembali Nias Selatan dan negara-negara donor melalui Multi Donor Fund meningkatkan perhatian untuk pembangunan infrastruktur Kepulauan Nias. Proyek-proyek yang didanai MDTF ini akan melibatkan pemerintah daerah Nias dan Nias Selatan.
Adanya Tim Terpadu juga sebagai tempat pelayanan untuk membantu lembaga/perorangan asing dalam rangka hibah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Sumatra Utara.Untuk tujuan ini Tim Terpadu terdiri dari perwakilan beberapa departemen pemerintah dalam bidang keimigrasian,ketenagakerjaan,kepabean dan cukai,perpajakan,perdagangan,perdagangan luar negeri,dan polisi daerah NAD dan Nias.

Sumber – sumber pendanaan pembangunan Aceh dan Nias juga berasal dari APBN yang mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 80/2003, BRR berusaha memenuhi prosedur pengadaan yang dituntut oleh peraturan tersebut, dan menjunjung tinggi integritas dan kepatuhan pada peraturan perundangan,dan tetap berusaha memenuhi tuntutan pemenuhan kebutuhan masyarakat tsunami NAD dan Nias hingga Europan Commissions,Islamic Development Bank,United Nations,World Bank,RANTF,dan masih banyak lagi negara – negara di dunia yang ikut membantu Indonesia.

Pembangunan Aceh dan Nias dalam segala aspek tidak dapat berhasil tanpa adanya bantuan dari segala pihak.Kerjasama yang sudah terjalin dengan negara lain dan kerjasama dalam negara ada baiknya bila tetap dipelihara sampai generasi – generasi selanjutnya.Hal ini akan tetap mendukung terus usaha pemeliharaan kedamaian dunia dalam lingkup persatuan antar negara dan individu pelaku di dalamnya.Semoga semua usaha untuk pembangunan Aceh tetap dapat berjalan dengan lancar dan tertib sehingga tetap menguntungkan semua pihak.

Tidak ada komentar: