Rabu, September 30, 2009

Revisi Dewasa by Donny Danardono

Dewasa?
Apa batas seseorang dikatakan dewasa?
Kukira, kedewasaan tak hanya bersegi fisik.
Ku akui kalau diriku belum dewasa.
Mungkin secara raga iya, tapi secara mental, belum.

Dewasa itu apa definisinya?
Kukira ia kadar kestabilan diri.

Udah,
kapan sebagai orang, sebagai manusia, kita stabil dalam setiap sesi hidup.
Setiap masalah yang dihadapi, setiap peluang yang ada. Tidak kemrungsung.

Di dunia ini, yang paling sulit ditaklukan ialah diri.
Ya.
Jika, secara psikologis, seseorang tidak sehat, seluruh kehidupannya tak menarik dikunjungi.

Kadang aku bingung,
kenapa selalu berpikir negatif?
Kenapa tidak memandang permasalahan dari banyak sisi?

Aku benci jika otakku tidak bekerja.
Mati grek.
Aku tahu hal itu tak membantuku tumbuh menjadi manusia.

Aku benci menganggur.
Karena pengangguran memuakkan,
tidak berguna untuk siapa-siapa.
Ia parasit kehidupan!

Hoi, dunia tu luas!
Gak selebar daun kelor!

Yo ngerti, tapi dunia tu belum tak taklukin!
Aku masih pengeenn ngerti yang aku gak ngerti!
Aku dibunuh perlahan-lahan sama rasa penasaran kaya gini.
Semakin nganggur, semakin bosan,
ujung-ujungnya mikir jelek.
Negative thinking!
AAARRRGHHHH!!

Aku ndak mau digerogoti penyakit ini,
aku harus ubah pikiran-pikiran jelekku.
Tapi dari mana?

Ya dari mulai berpikir positif tho yo….. (yang ini kata temen SMP ku)



Kedewasaan tu sebenernya hanya cara pandang,
coz ga sepenuhnya orang dewasa bisa 100% dewasa …
(yang ini kata temen kuliahku)

Tesis : Negative thinking datang waktu kita sendiri. Tapi belum tentu waktu ada masalah. Bisa iya, bisa tidak.

Anti tesis : Negative thinking datang pas kita tidak sendiri. Biasanya kalo ada masalah kita langsung kemrungsung, bingung dulu.

Aku takut menjadi filosofis, filsafati.
Terlalu mengajukan apa, kenapa, mengapa begitu, mengapa begini?
Aku suka mengejar apa yang seharusnya menjadi hak-ku!
Jawabanku! Aku tak gampang menyerahkan hidupku pada takdir.
Memang takdir tidak bisa diubah, tapi nasib bisa diubah! [apa beda ‘takdir’ dari ‘nasib’? dd]

Hidup selalu memilih,
dilema yang sarkastis!
Menghadapi polemik-polemik membosankan sekaligus menantang!

Sedangkan kehidupan itu kejam.
Tertawalah.
Sebab seluruh dunia akan tertawa denganmu.
Jangan menangis.
Sebab kamu akan menangis sendirian.

Dunia diatur oleh hukum. Namanya hukum alam. Hukum rimba. Yang luar biasa kejam dan licik. Homo homini lupus. Seseorang adalah serigala bagi lainnya. Bener? Betul? Ya! Kalau semua orang tidak berpikir seperti itu, sepertinya tukang parkir dan tulisan HARAP KUNCI SEPEDA MOTOR tidak dibutuhkan lagi! Hehehe…
Dari situ bisa dilihat, sebenarnya manusia selalu berpikir negatif dulu.
Aku bilang: “BISA DILIHAT”. Aku tidak buru-buru menyimpulkan.
Pertanyaanya: Bisakah ini ku sebut dewasa?


Apa iya kita belum menaklukan yang kita pengeni?
Kata temenku lagi, kita belum tau, karena kita belum mencapai itu.
Kita jadi seperti ini, karena dibentuk lingkungan.
Kenapa kita tidak berani bermimpi dan…
yah, katakanlah itu suatu mimpi, keinginan, niat, cita-cita, bualan kalau perlu!

Tidak ada komentar: