Rabu, September 30, 2009

Ikhlas 2

Teruntuk yang tidak pernah terlihat, tidak pernah kujumpai, tidak terwujud, seorang penting, untuk yang menyakitiku, untuk yang mengubahku menjadi lebih kuat, tegar, untuk setiap halangan, rintangan, dan masalah yang terus menemaniku -karena hidup adalah masalah-, dan untuk yang membuat diriku menjadi seperti ini, termasuk waktu, tempat, dan proses.
Tidak jauh mengenai ikhlas. Sebuah tulisan kecil dari pemikiran dan pengalaman yang terjadi. Nyata, tanpa tedeng aling-aling. Yang mengajariku membuat kata-kata bualan, munafik, gersang hingga subur, nyata, hemat bermanfaat.
Untuk menjadi seseorang yang cantik, untuk menyebut bahwa I’m Beautiful dan disebut You’re Beautiful... Tidak segampang pada konsep Blackberry, rebonding, make up minimalis, high heels, mani-paddicure, spa, etc.

James Blunt at You’re Beautiful :
But I won't lose no sleep on that,
'Cause I've got a plan
You're beautiful. You're beautiful.
You're beautiful, it's true.
'Cause I'll never be with you.



Membuat diri menjadi cantik yang sebenarnya memang tidak cantik, bukankah itu ironi munafik seseorang yang tidak mampu menerima keadaan? Menerima. Selalu pada teori menerima! Itu sudah definisi dari ikhlas. Untuk mempercayai apa yang ada, meskipun hal itu seperti ditikam belakang oleh mata pisau.
Teruntuk yang kusebut,
Diriku berterimakasih terhadap semuanya,
Pada yang tak terlihat tapi ada.
Pada yang tak bisa dipercaya tapi nyata ditemui.
Pada yang menyakitiku -terimakasih- untuk kesakitan yang membuatku menjadi lebih kuat.
Pada penyakitku tentu saja -yang selalu menggerogoti tidurku tiap malam- saat aku tertidur lelap.
Pada yang telah meninggalkanku, aku tidak tahu harus berkata apa. Dari dirimulah aku dapat membenci Tuhan, kecewa terhadap-Nya, namun di sisi lain dengan perginya dirimu ke -negeri entah berantah- itu aku justru melek dengan arti-arti sekitarku.
Tahu arti ikhlas -yang meskipun detik ini aku tidak mampu mengikhlaskannmu-, ini dari hati yang terdalam.
Kalau dari mulut, jelas aku mampu tegar- meskipun aku melakukan teater luar biasa di situ untuk meyakinkan -aku baik tanpamu-.
Tapi kau memang tak pernah kembali, bukan karena kau tak mau, atau apa, entahlah. Aku yakin, kau tentunya juga tidak ikhlas. Aku yakin kau tak ikhlas.
Pada hal-hal ramai yang menemaniku, termasuk hujan, yang tergila-gila menemaniku saat duka. Tidak tahu kenapa ia tidak pernah membolos saat mata kuliah sedihku ini.
Mencoba mengikhlaskan kalian dengan senyuman yang -jika agenmu adalah aku- tentu harganya sangat mahal. Jadi aku tidak menjual banyak-banyak padamu.
Oya, terhadap 3 sobat kentalku, bunga tidur -media pertemuanku dengan ‘yang tidak mungkin terulang’- , angan, dan kenangan.
Tidak lupa tetangga terbaikku yang selalu menyapa, kegagalan dan sepupunya, si putus asa.
Yah, beruntungnya aku tidak mengenal penyesalan. Jadi hidupku sekarang cukup puas dan mapan meskipun banyak rasa kecut dan pait -seperti aku mendefinisikan kopi-. Tapi aku tidak mau berhenti untuk mempelajari keindahan di setiap rasa itu.
Menjadi cantik konsep Blackberry mungkin bukan jalanku, -aku juga tidak tahu kenapa- , kadang ada hal yang sulit aku menjelaskannya. Padahal rumusan menghitung luas khatulistiwa dapat dijelaskan, ya?
Dari kalian aku mampu mengucapkan maaf, tolong, dan terimakasih. Dari jatuh aku mampu menghargai sesutu. Dan dari ikhlas aku (mampu) menerima kalian. Alam, aku milikmu, sepenuhnya aku milikmu, dan aku tidak akan menentangmu.
Karena aku dan kamu, dia, juga ruh yang tidak mungkin menentang alam.
Bagiku ’cause I’ll never be with you’ adalah cara aku menjadi cantik, karena ikhlas.

Tidak ada komentar: