Rabu, Juni 11, 2008

Halo Pembaca!!

Salam, jadi bingung deh mau ngomong apa. Ngomongin politik, gak paham. Ngomongin BBM sampe serak juga gak ada solusi. Adanya semakin sengsara. Ngomongin tentang Ujian Nasional aja yuk. Biar gampang kita nyebutnya Ujian Akhir Nasional nya pake UAN aja..Tahun 2008 kemarin jadi saksi atas pembodohan siswa di Indonesia. Kita2 yang merasa anak kelas 6 SD, 3 SMP, dan 3 SMA khususnya merasakan adanya pembodohan siswa kali ini. Gimana gak pembodohan?
Judulnya sih menaikkan mutu pendidikan di Indonesia. Caranya? Dengan menaikkan standar kelulusan dan menambah jumlah mata pelajaran yang diujikan. Kita bahas saja yang SMA. Di jenjang Sekolah Menengah Atas, mata pelajaran yang diujikan dulunya cuma 3, sekarang jadi 6. Dengan penaikkan standar kelulusan yang dulunya 4,26 menjadi 5,25. Hebat bukan? Aku bisa cerita ini karna aku emang terjun langsung ke lapangan alias menjadi salah satu ”korban” atas UAN kali ini. Mumetnya dirasakan oleh semua pihak dari siswa tersebut sendiri, orang tua dan guru – guru serta Kepala Sekolah. Lho kok bisa?

Menurut evaluasi yang sudah didapat dan dirasa akhirnya kami para siswa kelas 3 SMA menyatakan bahwa :
- Pembodohan kali ini tidak didasarkan pada susunan rencana jauh – jauh hari. Kita merasa bahwa pemberitahuan mengenai UAN tidak dari dulu kala, di mana kami bisa mempersiapkan diri khususnya mempersiapkan mental lebih dari pada dadakan. Kami merasa pemberitahuan ini terlalu mendadak. Penerimaan informasi kami dapatkan mulai Bulan November 2007 di mana waktu kami mempersiapkan UAN hanya 5 bulan.
- Kegelisahan dan kebingungan siswa juga dirasakan oleh para guru yang mengampu mata pelajaran WAJIB yang diujikan, mereka merasa bahwa penaikkan standar kelulusan sudah membuat para guru menjadi kalut. Ditambah lagi para guru yang mengampu mapel lain yang tidak pernah menghadapi UAN. Sosiologi misalnya. Guru kami tidak pernah menghadapi UAN untuk mata pelajarannya sehingga penyiapan materi, SKL ( Standar Kelulusan ) menjadi tergesa – gesa dan tidak efektif. Di sini para siswa jadi semakin kalut dan bingung atas semakin banyaknya materi yang diberikan. Siswa menjadi bingung karena banyaknya materi dan bingung karena mau mendahulukan yang mana dulu karena 6 mata pelajaran tersebut sama pentingnya.
- Orang tua yang menjadi peran serta utama khususnya di bidang materi menjadi tombak utama bagi para siswa. Uang yang di berikan kepada si Anak untuk menambah extra jam belajar semakin meningkat. Orang tua yang hanya bisa mendukung anak lewat hal – hal seperti itu. Menambah extra uang jajan untuk sore hari bagi sekolah yang memberikan jam mata pelajaran, atau di sekolahku disebut dengan BBI ( Bimbinan Belajar Intensif ) yang dilaksanakan setelah jam ke – 8 sampai pukul 15.30 sore. Orangtua merasa bahwa Men Sana in Corporesanno alias di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Jiwa yang kuat untuk tetap istigfar dan sabar ya Nak dalam menempuh ujian yang kali ini kalian mau tak mau harus mau. Belum lagi dengan uang extra untuk les – les tambahan di luar jam sekolah. Adapun biaya tersebut tidaklah murah.
- Kepala Sekolah juga dirudung masalah yang cukup berat. Pekerjaannya menjadi tambah. Yaitu tetap menjaga sistem kepercayaan masyarakat agar tetap eksis. Malu dong jika anak didiknya banyak yang tidak lulus. Apa kata dunia?! Sekolahnya tidak akan mendapat kepercayaan lagi di mata masyarakat. Belum lagi kejengkelan hati para Kepala Sekolah di Aceh atau Irian Jaya. Bagimana menyamakan standar kelulusan sekolah mereka dengan para siswa yang di sekolah – sekolah swasta (di kota – kota besar misalnya, seperti Jakarta atau Surabaya) yang semua fasilitas dan kebutuhannya terpenuhi? Bagaimana memikirkan standar kelulusan jika mereka masih memikirkan atap sekolah mereka yang bocor? Belum lagi dengan banjir atau gempa yang melanda kota mereka? Dan belum lagi kalau pun ( amit2 jabang bayi ) banyak siswa yang tidak lulus kali ini, sekolah itu akan menghadapi kemungkinan yang terburuk yaitu penutupan sekolah tersebut karena rendahnya mutu pengajaran yang diberikan oleh sekolah tersebut kepada para siswa nya.
- Mutu pengajaran? Bagaimana mutu pengajaran yang diberikan? Jelas mutu pengajaran sudah ngelantur, dalam artian mutu di sini sudah tidak dihiraukan lagi. Semua kisi – kisi diberikan sesuai SKL. SKL sendiri memiliki banyak materi yag aduhai banyaknya. Tidak peduli terhadap siswa yang entah itu mudheng atau mubeng. Yang penting guru telah memberikan bahan untuk belajar. Urusan mengerti atau tidak, tinggal anaknya. Belajar atau tidak.
- Lucu lagi mengingat anak SD yang sudah diharuskan mengisi jawaban di Lembar Jawab Komputer. ( Dengan menghitamkan salah satu jawaban di LJK tersebut dengan syarat tekanan dan rona warna yang pas. Tidak kehitaman, tidak ketipisan,dan yang paling penting tidak keluar garis ) Penulis sampai berpikir, mungkin para Guru SD juga meluangkan waktunya untuk melatih siswa SD menggunakan LJK tersebut.

Setelah mempersiapkan mental sekuat baja akhirnya kami pun tetap menghadapi perang tersebut. Perlu diketahui juga, semua sekolah juga melaksanakan Pra – Ujian. Sepengetahuan saya di sekolah swasta, Pra tersebut dilakukan 6 kali. 3 kali dari pihak sekolah, 3 kali dari Pemerintah setempat. Ada pun persiapan di daerah agak pelosok, seperti Kudus atau Jepara dilaksanakan 9 kali. Dengan melaksanakan Pra tersebut juga membawa gambaran jelas mengenai dampak – dampak akibat Pra Ujian tersebut. Yaitu :
- Untuk para siswa yang telah mendapatkan nilai baik untuk Pra tersebut dan dinyatakan lulus dengan nilai se – gitu, mereka merasa menggampangkan soal – soal Ujian sesungguhnya. Sehingga yang paling ditakutkan oleh para Guru ialah siswa tersebut tidak mau belajar lagi karena sudah merasa bisa apabila diberikan soal – soal seperti itu.
- Bagi siswa yang mendapatkan nilai buruk, ada dua ( 3 ) kemungkinan yang terjadi.Kemungkinan pertama yaitu siswa tersebut menjadi cenderung malu ( karena nilai tersebut ditempel besar – besar di papan pengumuman sekolah kami ) sehingga mengakibatkan siswa tersebut menjadi semakin terpacu lagi semangat belajarnya. Mereka menganggap kegagalan tersebut sebagai pelajaran sehingga kapok dan berjanji kepada diri sendiri untuk memperbaiki sistem belajarnya.
Kemungkinan kedua yaitu siswa tersebut bukannya malu tapi malah menggampangkan. Mereka merasakan, ” Ah, biarlah jelek, ini kan baru Pra Ujian.” Ada yang begitu. Mereka berpendapat bahwa nanti saja serius belajarnya, ini toh hanya latihan. Tidak serius.
Kemungkinan ketiga ada juga siswa yang bersantai dengan menganggap ” Wah, teman – teman saya juga begitu kok! Tidak masalah. Berarti yang tidak bisa mengerjakan bukan saya sendiri.” Nah, inilah dampak yang paling berbahya, sebab kesadaran mereka mengenai Ujian sudah nol besar. Berat untuk melangkah. Rasa kepesimisan sudah mulai menggerogoti diri mereka.
- Adanya ketakutan guru juga menyumbang kebodohan siswanya. Kok bisa? Guru yang takut akan hasil Pra yang buruk malah mncarikan cara agar nilai Pra tersebut tidak memalukan dan tidak membuat para siswa menjadi down. Sayangnya, cara ini sungguh tidak baik Guru menyuruh siswa yang pintar untuk mengerjakan soal tersebut, sementara siswa yang kurang pandai menunggu jawaban dari si pintar. Setelah jawaban si Pintar keluar, maka si Kurang Pintar menyali jawaban tersebut. Alhasil, nilai yang keluar sangat memuaskan. Hal ini malah membuat seorang anka menjagakan temannya yang pintar. Sangat merugikan. Dengan begini bila berhasil pun pada saat kelulusan, tentunya dia tidak mendapatkan ilmu untuk di kenudian harinya. Dia akan gagal menjadi orang. Sangat disayangkan.

Waktu pelaksanaan sudah tiba, ketika memasuki ruangan Ujian, seluruh tubuh merasa dingin, kaku. Enggan duduk di kursi maut itu, rasanya campur aduk sehingga mengakibatkan perut mules dan nervous sebelum memasuki ruang Ujian. Kertas LJK ( Lembar jawab Komputer ) telah dibagikan. Pensil 2B sudah di tangan. Peraturan mengenai pelaksanaan Ujian sudah dibacakan. Soal sudah dibagikan. Membuka lembar pertama, menjawab soal pertama tidak masalah, kedua okelah, ketiga, hm... Apa ya? Keempat, waduh...Mulai sulit nih.., kelima.... Dan seterusnya.
Adapun cerita – cerita unik pada saat Ujian berlangsung :
- Menurut peraturan yang kami dengar saat persiapan Ujian kemarin, kami mendapat vonis yang kedengarannya sangat mengerikan. Vonis ini benar – benar menjadi momok bagi kami. Vonis ini ialah tidak bolehnya kita izin ke belakang saat Ujian berlangsung! Perlu diingat, selama Ujian berlangsung berarti 2 jam penuh alias 120 menit penuh. Sempat diberi kesmpatan namun bila sudah sangat mendesak dan itu pun dikawal dengan salah satu pengawas! Mengerikan sekali jika cuma pergi pipis karena sudah kebelet dan tegang tetapi dikawal dan ditunggu oleh orang lain yang tidak kita kenal. Wuih, seperti apa itu. Membayangkan saja pun tidak! Namun untungnya, di sekolah kami vonis tersebut tidak berlaku. Lagipula bagi beberapa teman hal itu bukan jadi masalah lagi. Mereka sudah ” UP TO YOU” dengan peraturan seperti itu. Akhirnya para Guru Pengawas tidak mempermaslahkan hal itu. Mungkin mengingat anak nya atau anak didiknya sendiri jika nebgalami hal yang sama. Kenervousan kami pun terobati dengan berbuah kelegaan membuang hajat di WC Sekolah kami. Amin.
- Kami juga sempat mendengar beberapa cerita mengenai Guru Pengawas yang sampai di sekolah kami. Cerita ini tidak asing lagi. Pasti lah Guru tersebut mempunyai mimik wajah yang angker. Bayangan seperti kami Guru tersebut galak, berkacamata, judes, dan selalu mencari cara untuk menjatuhkan sekolah kami dengan cara mengganggu teman – teman yang sedang mengerjakan Ujian. Mengganggu di sini dalam artian : makan permen, sehingga bungkus permen tersebut krusek – krusek, ada juga yang mengetuk – ngetukkan jari atau sepatunya sehingga bunyi ” Tuk..Tuk..Tuk..” menjadikan kani sulit berkonsentrasi, dsb. Tetapi nyatanya tidak. Sungguh. Rupanya Guru Pengawas yang juga manusia biasa itu juga ada saja ceritanya. Cerita mengenai pengawas selalu ada saja yang Up To Date dan menjadi Hot News bagi kami setiap hari. Seperti infotaiment saja. Cerita Guru Pengawas ini malah menjadi objek perbincangan kami di sela – sela belajar. Ada pengawas yang benar – benar killer, ada pula pengawas yang ditinggal tiduran, berbincang, membaca koran atau majalah yang disediakan murid tentunya, ada juga yang seperti mercusuar, begitu kami menyebut gturu tersebut yang selalu berputar dan mengawasi kami tiada henti. Lucunya lagi, hal ini tidak saja dialami oleh sekolah kami. Tetapi juga seluruh kawan di seluruh Indonesia. Di Jakarta atau Bandung, beberapa Pengawas malah membiarkan jika siswanya saling bertanya atau mencontek dengan temannya. Guru tersebut tidak menegur, juga tidak mencatat di Berita Acara. Kelonggaran ini menyebabkan siswa semakin asyik dengan kegiatan itu.
- Cerita menghebohkan mengenai bocornya jawaban atau kebocoran soal juga sudah tidak asing lagi. Bahkan hal ini malah dijadikan suatu bisnis yang tentunya sangat menguntungkan. Jawaban ini dijual dengan kisaran harga antara Rp 400.000,00 sampai Rp 2.000.000,00! Menyenangkan bukan? Di Jepara ada seorang anak yang membeli jawaban tersebut, melalui SMS, jawaban tersebut dikirimkan. Malang tak dapat ditolak, untuk tak dapat diraih. Sialnya kebodohan kecil yang sangat fatal itu tetap terjadi. HP anak tersebut lupa di silent!! Bunyi ” Bip..Bip..” di sakunya tidak dapat dihindarkan lagi. Habislah nasibnya kali ini!
Cerita dari Rembang juga semakin lucu, soal listening Bahasa Inggris yang berupa kaset ternyata tertukar dengan kaset untuk Ujian Susulan. Sempat menghebohkan, tapi hal ini juga dapat diantisipasi dengan baik. Ada juga di SMA Negeri Semarang, yang soal UAN nya kurang atau rusak sehingga harus menunggu fotokopi terlebih dahulu. Tentu hal ini sangat merugikan siswa karena takutnya waktu yang diberikan tidak cukup untuk mengerjakan soal yang telat tersebut.
- Menunggu bocornya jawaban membuat Guru juga deg – deg an. Apalagi jika mendapatkannya. Guru – guru juga berharap kepada muridnya supaya melakukan peninjauan ulang jika mendapatkan jawaban tersebut dengan soal – soal yang dibagikan. Di beberapa sekolah juga ada guru yang bahkan memberikan jawaban langsung kepada para siswa ini. Mungkin guru jenis ini yang paling takut terhadap angka kelulusan tahun 2008.
- Masih di Rembang, Jepara, hingga Bogor.. Dari semua kalangan, dari rakyat biasa sampai artis yang juga sedang maju perang kali ini juga merasakan hal yang sama. Ada yang menangis setelah mengerjakan UAN dalam artian lega atau tidak bisa mengerjakan. Ada juga yang langsung sholat tahajud, ada juga yang menangis sambil menyalami guru – guru mereka. Tidak menutup kemungkinan dengan adanya beberapa siswa yang melakukan konvoi kendaraan dan memilog baju dan rambut mereka layaknya sudah lulus Ujian Nasional. Eh, taunya malah ditangkap Aparat Keamanan karena dianggap meresahkan masyarakat sekitar.

Begitu banyak cerita mengenai UAN kali ini. Dari yang menyenangkan hingga menegangkan semua jadi satu. Kebobrokan pendidikan di negeri ini sudah parah tentunya belum lagi mengingat kebijakan pemerintah yang benar – benar bijak mengenai cara yang harus ditempuh jika ( amit – amit ) tidak lulus. Ada isu yang mengatakan bahwa pemerintah memberikan kesempatan mengulang UAS tahun depannya dengan catatan tidak perlu mengulang proses belajar lagi. Hal ini kedengarannya tidak rasional, mengingat jika UAN dilaksanakan 1 tahun lagi, bukankah ingatan pelajaran sudah tidak awas lagi. Jika mengulang sekolah lagi berarti materi yang dikeluarkan juga diulang lagi. Untuk hal yang sama dan tentunya itu sia – sia saja.Bagi yang tidak mampu tentunya mereka memilih bekerja saja. Bekerja apa saja dan tidak melanjutkan sekolah. Ya kalo bisa bekerja, kalo tidak? Perlu diingat lho bahwa saat ini mencari pekerjaan sangat sulit. Dengan hal seperti ini, cerita lama terulang kembali. Pengangguran.
Ada juga yang menganjurkan untuk mengikuti Ujian Penyetaraan alias Ujian Paket C. Itu pun biaya nya tidak murah. Selain tidak murah, surat keputusan kelulusan dengan ijazah paket C juga akan dibedakan oleh masyarakat, tentunya masyarakat telah diantisipasi sebelumnya oleh pemerintah bahwa ijazah Paket C nasibnya akan sama dengan ijazah SMA yang lain. Hm, kalau demikian pasti besok pengangguran akan terobati ya, Pak? Tapi koreksi sejenak, Pak. Sekarang ini beberapa kantor atau perusahaan pasti melihat
ijazah apa yang dibawa oleh pelamar. Intinya, prakteknya tidak seperti yang diharapkan. Banyak perusahaan yang tetap melihat ijazah pendidikan sebagi penopang majunya perusahaan tersebut.
Bisa dibayangkan bila semua anak di Indonesia berijazahkan Paket C? Wuih!

Tidak masalah si kalau cuma angkatan kali ini saja yang merasakan pahit getirnya berjuang mati – matian hanya untuk mendapatka selembar ijazah SMA. Lagipula angkatan kami memang angkatan calon Hero, calon Pemimpin Bangsa. Jadi memang tidak ada salhnya jika kami dijadikan kelinci percobaan. Toh menjeritpun tidak akan ada yang mendengar. Menyedihkan sekali, ya? Hehe...
Angkatan kami memang tahan banting. Itulah kenapa aku bilang bahwa angkatan kami yang paling Top Markotop.
Hahaha.

God Bless Us,

Tidak ada komentar: