Kamis, Juli 03, 2008

KOPI dan HIDUP

Apa persamaan hidup dan kopi? Hayo, ada yang tau? Ada yang bisa jawab?
Aku kadang berpikir hidup emang seperti kopi. Bagi yang membaca I hope kalian pada doyan kopi.. Yaa, minimal pernah nenggak kopi barang 1 gelas gitu..
Buat pertama yang minum kopi pertama kali ada juga beberapa perasaan yang berbeda – beda. Ditilik dari usia pengonsumsi juga sih.

Ada anak kecil yang tiru – tiru Ayahnya. Ia ingin sekali merasakan minuman berwarna hitam itu yang setiap pagi selalu menyita waktu Ayahnya barang 10 menit sebelum berangkat ke kantor. Setelah anak itu menenggak kopi, nyengir dia. Baru tahu rasa dia.
“ Yah, Ayah kok suka minuman kayak ginian? Udah pait, item, gak enak lagi!” begitu celoteh si Anak sambil neloyor pergi mencari minuman favoritnya, air putih.
Si Ayah hanya tersenyum mendengar itu.
Lain juga dengan Si Ibu. Si Ibu yang mendampingi Si Ayah yang cukup sekian lama itu setiap hari tidak lelahnya ia bercakap. “ Yah, kopi itu kan tidak baik untuk kesehatan. Ayah kan sudah mulai berumur, kurangi kopi dong.. Kebanyakan kopi tidak baik lho, Yah. Bisa berakibat buruk bagi jantungmu.” Tapi tetap saja setiap pagi ada secangkir kopi yang sudah tersiap di meja makan. Selalu begitu. Dengan cangkir bening plus tatakan cangkir, hangat, tanpa sendok, tanpa ampas, tanpa gula. Begitu seterusnya.

Bagi kalangan – kalangan tersendiri kopi sudah menjadi bagian dari hidup. Lho, kok bisa? Emangnya kenapa kok bisa begitu? Apa hubungannya dengan hidup? Kopi memang sudah menjadi candu hidup. Bahkan aku kadang merasa bahwa hidup seperti kopi, kopi seperti hidup.
Kopi yang kita minum biasanya manis di awal, di permukaannya, di aromanya, di seluruh warnanya, terlihat begitu menggoda, ingin segera cepat – cepat dihabiskannya Si Hitam itu.
Setelah di tenggorokan mulai ada perubahannya, rasa manis itu mulai sedikit asam dan menendang di tengah tenggorokan. Baru di kerongkongan kita merasa ditendang keras – keras oleh si empunya pahit itu sendiri.

Nah, sensasi inilah yang selalu dicari orang. Tak lekang oleh waktu. Rasa kopi itu – itu saja. Hanya pintar manusia saja yang mencari tambahan untuk mencampurkan kopi dengan banyak bahan lainnya. Ada yang dicampur gula, krimer, susu, rum, mocca, teh, ice cream, soda, dan masih banyak lagi.
Tapi rasanya tetap saja, pahit di tenggorokan. Justru pahit itulah yang menjadi kenikmatan Si Peminum.
Lebih tepatnya, manusia – manusia itu malah tidak ada yang berani menghilangkan rasa kopi yang khas tersebut! Hehe..

Semakin dia mengonsumsi, semakin jelas dia tidak bisa meninggalkan kopi tersebut.
Kopi memang candu, kopi memang menyesakkan lambung, kopi memang membawa petaka namun kopi mempunyai banyak manfaat di balik itu semua.
Hidup kadang seperti kopi. Kadang kenikmatan yang bukan nikmat justru menjadi sesuatu yang perlu kita renungi, layaknya meminum kopi saat merenung. Merenunglah tentang hidup melalui kopi. Bukan menjadikan kopi pelampiasan. Namun kopi membuat kita menjadi fokus. Sebuah penelitian di Amerika mengatakan bahwa baiknya minumlah kopi 15 – 30 menit sebelum kalian bekerja atau melakukan wawancara dengan atasan Anda. Sebab dengan meminum kopi rangsangan kafein yang diterima oleh saraf / impuls kita menjadikan peredaran darah kita ke otak menjadi semakin lancar. Begitulah.
Kadang hidup juga selalu dipesankan agar tidak selalu memaksakan kehendak. Lagi – lagi kita sangkutkan dengan kopi. Kopi yang rasanya seperti itu janganlah kita memasukkan banyak – banyak gula yang manis padanya. Kopi 1 bagian tetapi gula 3 bagian. Sungguh tidak imbang. Toh kopi tidak akan kehilangan rasanya. Selalu seperti itu.

Hm, bukannya kita memang mencari sensasi itu?
Kalau mau manis minum saja sirup atau limun, jangan kopi.
Terbukti dengan semakin banyaknya warung, kedai, sampai cafĂ© yang menjual minuman ini dengan berbagai jenisnya. Mulai dari kopi hangat dan kopi es. Kopi tubruk, kopi susu, kopi rum, kopi mocca, kopi jahe, kopi manis, kopi luwak dan segrendel nama – nama kopi itu.

Nah, hidup jadi seperti kopi bukan? Di saat kita sedang mengalami kepahitan hidup kadang kita tersenyum simpul saat menikmatinya, betul juga kalau kopi itu seperti hidup. Dicampur dengan apa saja kok tetap saja. Pahit.
Pahit nya itu punya sensasi. Ya kalo hidup biasa disebut HIKMAH. Di mana terakhirnya kita merasakan ada sesuatu yang unik dan menyenangkan di balik kepahitan itu.
Setuju?

Tidak ada komentar: