Sabtu, Agustus 07, 2010

SOBATKU

Sobat,
Maafkan aku, aku tidak menjadi sobatmu yang kuat.
Yang hebat, yang tegar seperti apa yang kau katakan pada semua orang mengenai aku.
Aku hanyalah manusia biasa yang punya banyak kekurangan.
Tak sempurna.
Tak bisa bangkit dari kerapuhan yang sementara ini.
Aku tahu ini hanya sementara, tapi luka ini tak akan bisa hilang meskipun aku berulang mencobanya.
Maafkan aku sobat, tak bisa menjadi contoh untuk dirimu. Membuatmu bingung dengan segala racu ku.
Bukan maksudku membuatku tak paham, tapi hal yang sedang kualami memang tak bisa kupahami.

Birokrasi yang tengah terjadi hampir menjadi taraf politik.
Begitu mengerikan. Aku sangat takut tehadap penyakit ini. Aku tak mau kau atau siapapun menjadi korban seperti aku. Jangan sampai karya tunas bangsa tersendat hanya karena birokrasi.
Sekarang, penyakit ini mewabah, bahkan menular ke setiap jengkal jalan kita ke mana kita melangkah.
Hati-hati sobat, kepentingan yang dipaksakan kadang menjadi politik yang buta.
Buta nurani, seperti yang kukatakan beberapa saat yang lalu. Institusi nurani kita telah jebol. Jebol entah kemana!

Hal ini sungguh menyakitiku, aku merasa bahwa ternyata menunjukkan yang terbaik sama sekali tak berguna bagi siapapun. Tapi ingat, tunjukkan yang terbaik pada dirimu sendiri. Itu kata-kataku yang selalu aku selipkan dalam tiap tidurku. Ingat sobatku, jangan berhenti berkaya, karena nantinya kita akan mendobrak dan menginjak birokrasi macam ini. Jangan pernah takut untuk melawan karena kita memang benar. Tunjukkan sobat! Tunjukkan kalau kita mampu!

Kau selalu berkata, bukankah ketaksempurnaan adalah bagian dari persahabatan. Sobat, katakan padaku apa itu ketaksempurnaan. Bagaimana kita bisa menentukan dan menilai ketaksempurnaan? Bagaimana sempurna itu? O, bukan. Salah pertanyaanku. Harusnya aku bertanya padamu, bagaimana aku mencapai kesempurnaan di mata mereka para birokrat busuk ini?
Birokrat dengan uang yang ada di otaknya, tak ada ruang kosong selain uang dan ketenaran yang hendak dicari. Melupakan kewajibannya, yang seharusnya dan HARUS dijalankan karena ini amanah. Aku jadi ingat ternyata jika kita bicara kepedulian, rupanya hidup menjadi seperti ini karena tak ada kepedulian. Aku ingat sekarang. Kepedulian terhadap sesama, itulah kenapa Junghun muda itu crossboy. Ia menganggap tuhan itu alam. Alam dan sesama. Ketika ia mencintai alam dan sesamanya, berarti ia mencintai tuhan. Memang ini kejawen sekali. Tapi menurutku, hal yang dianutnya ini benar. Karena memang mempresentasikan keberadaan tuhan itu bisa melalui sesama kita. Alam, lingkungan sekitar kita.
Jika tanpa ada rasa peduli, mungkinkah seseorang bisa tersakiti?
Mungkin memang benar aku yang salah. Tak bisa memahami orang-orang yang tak peduli ini.
Maafkan aku sobat. Maafkan sobatmu ini.
Sobat yang tidak bisa memahami para birokrat di negeri kita.

Tidak ada komentar: