Jumat, Maret 06, 2009

DeWaSa

Dewasa? Apa batas ketentuan seseorang dapat dikatakan dewasa atau tidak? Menurutku, kedewasaan seseorang tidak hanya dilihat dari segi fisik saja. Aku sendiri mengakui kalau diriku belum dewasa.Mungkin secara raga iya, tapi secara mental, belum. Dewasa itu apa definisinya? Menurutku dewasa ialah kadar kestabilan diri.

Udah, di mana kita sebagai orang, sebagai manusia bisa stabil dalam setiap sesi hidup. Setiap masalah yang dihadapi, setiap peluang yang ada. Tidak kemrungsung. Di dunia ini yang paling sulit ditaklukan ialah diri sendiri. Ya. Karena secara psikologis jika seseorang tidak sehat, otomatis seluruh kehidupannya juga tidak menarik untuk dikunjungi.

Kadang aku bingung, kenapa selalu berpikir negatif?

Kenapa aku tidak memandang permasalahan dari banyak sisi?

Aku benci jika otakku tidak bekerja. Mati gerk. Karena aku tahu hal seperti itu tidak membantu tumbuh kembangku menjadi seorang manusia. Aku benci mengangur. Karena pengangguran adalah sesuatu yang memuakkan, tidak berguna untuk siapa-siapa. Bahkan bisa dikatakan sebagai parasit kehidupan!

Hoi, dunia tu luas! Gak cuma selebar daun kelor!

Yo ngerti, tapi dunia tu belum tak taklukin! Aku masih pengeenn ngerti semua yang aku gak ngerti! Aku dibunuh perlahan-lahan sama rasa penasaran kaya gini. Semakin nganggur, semakin bosan, ujung-ujungnya mikir jelek. Negatif thiking!

AAARRRGHHHH!!

Aku ndak mau aku digerogoti penyakit kaya gini, aku harus ngubah pikiran-pikiran jelekku. Tapi harus mulai dari mana?

Ya dari mulai berpikir positif tho yo…. (yang ini kata temen SMP ku)

Dewasa tu sebenernya bagaimana cara pandang orang aja menilai itu, coz ga sepenuhnya orang yang dewasa itu bisa bener-bener menjadi 100% dewasa… (yang ini kata temen kuliahku)

Tesis : Negatif thinking datang waktu kita lagi sendiri. Tapi belum tentu waktu ada masalah. Bisa iya, bisa tidak.

Anti tesis : Negatif thinking datang pas kita tidak sendiri. Biasanya kalo ada masalah kita langsung kemrungsung, bingung dulu.

Aku takut menjadi seorang yang filosofis, filsafatis, terlalu mengajukan apa, kenapa, mengapa begitu, mengapa begini?
Aku suka mengejar apa yang seharusnya menjadi hak-ku! Jawabanku! Aku bukan orang yang begitu gampang menyerahkan hidupku pada takdir. Memang takdir tidak bisa diubah, tapi nasib bisa diubah!

Hidup selalu untuk memilih, dilema yang sarkastis! Menghadapi polemik-polemik membosankan sekaligus menantang!

Sedangkan kehidupan itu kejam. Tertawalah sebab seluruh dunia akan tertawa denganmu tapi jangan kamu menangis, sebab kamu akan menangis sendirian.

Dunia diatur oleh sebuah hukum. Namanya hukum alam. Hukum rimba. Yang luar biasa kejam dan licik. Homo homini lupus. Seseorang dianggap serigala oleh manusia lainnya. Bener? Betul? Ya! Kalau semua orang tidak berpikir seperti itu, sepertinya tukang parkir dan tulisan HARAP KUNCI SEPEDA MOTOR tidak dibutuhkan lagi! Hehehe…
Dari situ bisa dilihat, sebenarnya manusia itu selalu berpikir negative dulu. Aku bilang, “BISA DILIHAT”. Aku tidak buru-buru menyimpulkan.
Pertanyaanya: Bisakah hal ini saya sebut sebagai sikap dewasa?


Apa iya kita belum menaklukan apa yang kita pengeni? Kata temenku lagi, kita belum tau karena kita belum mencapai itu. Karena kita jadi seperti ini juga karena dibentuk oleh lingkungan kita.
Kenapa kita tidak berani bermimpi dan… yah, katakanlah itu sebagai suatu mimpi, keinginan, niat, cita-cita, bualan kalau perlu!

Tidak ada komentar: