Senin, Februari 15, 2010

TAIKO, I MEET YOU at SEMAWIS!

Pembukaan KOPI SEMAWIS kali ini lain daripada yang lainnya. Itu tuh, pusat kulirer, budaya, seni yang ada di Semarang khususnya di daerah Pecinan, gang-gang an yang banyak sekali namanya itu. Biasa pada tahun sebelumnya, panggung utama ada di Gang Warung, tapi tahun ini panggung utama ada di Gang Lombok, tepatnya di replika kapal Cheng Hoo. Jadi di atas kapal ada panggung. Di atas kapal itulah aku mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Aku semakin percaya kata-kata Oprah, “It’s very true that the way you think creates reality for yourself.”
Setelah Kiai Kanjeng Road To Campuss beberapa bulan yang lalu, aku selalu memikirkan dan MERINDUKAN TAIKO yang sangat indah itu. Keren menurutku. Perpaduan gamelan Jawa dengan bedug dari kendang yang disajikan dengan irama atau dentuman khas Jepang serta penampilan pemainnya memakai YUKATA. That’s very cool and very unique, I think.
Sejak saat itu aku selalu berpendapat dan memikirkan, kapan ya aku bisa lihat Taiko lagi... Aku kangen liat pertunjukan satu itu. Sumpah.
Sampai pada akhirnya Pak TR alias Tjahjono Rahardjo menawariku untuk memainkan dubbing dalam wayang itu namun dalam bahasa Mandarin. Wow... Tentu ini bukan hal mudah dan sepele. Aku tahu ini tanggung jawab besar, berat, dan menantang, tentu saja. Aku harus bekerjasama dengan orang-orang yang SAMA SEKALI BELUM PERNAH AKU JUMPAI. Tapi aku selalu berpikiran kok, mereka sama seperti aku, mereka PASTI BISA MENERIMA AKU.
Aku tak boleh mengecewakan mereka yang sudah memberi kepercayaan padaku.
Sampai pada hari H atau H-1, mereka selalu memberikan tangan yang terbuka untuk menerimaku yang bukan SASTRA untuk bergabung dengan mereka. Ada Koh Kedo, Risky yang juga co-trainer alias Mas Gondrong, Lia, Danty, Cik Rushcka, sama Koh Karel yang dari Psikologi, dan tak lupa dalang dari Teknologi Pangan, Mas Carwin, pacarnya Chindy, temenku. Jelaslah aku sebenarnya tahu beberapa dari mereka, cuma belum kenal. Karena saat ketemu mereka, wajah-wajah mereka tak asing buatku. Kami cepat beradaptasi dan tak membedakan, kami berusaha menemukan chemistry seperti yang Kak May ajarkan ke kami para co-trainer.
Saat hari H itu tadi, kami datang di tempat yang dituju pukul 17.00 tapi kami main pukul 20.30. Kehadiranku dan Risky memang didukung oleh Cik Michelle, yang sudah aku anggap cicikku sendiri, Eris si Upil, dan Ditha. Kehadiran mereka AMAT SANGAT membuat aku bersemangat dan tak mau mengecewakan mereka. Entahlah, rasa itu tak bisa dihilangkan begitu saja. Kami sudah seperti keluarga. Tak ada yang bisa membuat kami berpisah, itu yang sedang ingin aku teriakkan saat ini.
Waktu sudah menunjukkan detik-detik pertunjukan kami mulai, tapi hujan mulai mengguyur kami yang sedang berdandan memakai YUKATA bagiA yang memakai (TAIKO). Tak ada ampun lagi, saat Bu Marie Elka Pangestu, Menteri Perdagangan kita dan Pak Walikota maju untuk meresmikan pembukaan acara KOPI SEMAWIS ini, hujan sudah tak memandang siapa saja saat itu. Deras sekali. Melihat teman-teman yang sudah mati-matian cantik dan cakep tapi KLEBUS BASAH KUYUP apalagi pake YUKATA yang tebel kaya gitu. Aku gak bisa bayangkan betapa berat baju itu... T.T
Dan gak cuma pemain aja yang basah kuyup, tapi juga para dosen, kaya Pak TR, Pak Adhianggono, dan beberapa crew besar gamelan kami. Semuanya buasah kuyup... Betapa luar biasa keadaan waktu itu...Bisa dibayangkan???
SEGAWON FOR CH**MBR**’e tenan!!! Buat yang tau artinya, mohon dimaklumi ya. Situasi saat itu bener-bener di luar kontrol dan yah, ternyata aku juga baru tahu kalo bermain sambil hujan adalah pengalaman pertama buat para temen-temen TAIKO. Bayangkan aja, aku yang dulunya ngefans banget istilahnya ama Taiko, tiba-tiba aku ada di satu panggung buat bermain sama mereka dan NASIB kami pun sama. Sama-sama basah dan REKOSO!!
Lucunya lagi, ada banyak lucu waktu permainan dimulai, kami sama-sama tidak sadar kalo efek hujan atau air itu membuat kendang yang aseli terbuat dari kulit sapi menjadi empuk dan mempengaruhi kualitas suara saat dipukul. Dan tiba-tiba stik Karel, yang pemain paling hebat menurutku, jatuh karena terlalu licin. Dan gara-gara itu dia menyesal banget, dia gak nyangka akan ada insiden seperti itu. Tapi aku berusaha buat hibur dia kok, karena apa yang udah dia lakukan itu YANG TERBAIK.
Belum lagi 4 wayang alias PUNAKAWAN yaitu Semar, Gareng, Petruk, Bagong yang terbuat dari kulit sapi juga tak mau kalah klebusnya. Sampe Mas Carwin bilang ke Chindy “Duh, Dek, wayangku dadi RAMBAK..” Sumpah, nelangsa banget situasi saat itu.
Akhir kata aku cuman mau ngomong, buat semuanya, terimakasih udah kasi aku yang anak fakultas Hukum karena kesempatan buat main sama kalian dan mengenal kalian sebagai teman-temanku. Kalian semua hebat. I miss u all friend, long living Taiko all...
Kapan-kapan kita harus ketemu lagi!! ^^

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Puni tu kamu to! Yang penting jangan kapok ya pentas, biar hujan biar angin. TR

Silvani Andalita mengatakan...

Amin Pak... :)